Sabtu, 26 Desember 2009

TUGAS DISKUSI PKn

TUGAS KELOMPOK MAHASISWA
(BENTUK: MAKALAH DIDISKUSIKAN)

Topik diskusi:
1. Tahapan penulisan karya tulis
2. Kutipan
3. Daftar pustaka
4. Struktur Karya Ilmiah
5. PKM (Program Kreativitas Mahasiswa)
6. Artikel publikasi

Ketentuan diskusi:
1. Bahan diskusi disiapkan dalam bentuk makalah.
2. Dalam diskusi minimal harus ada pembicara, moderator, dan notulen.
3. Peserta wajib memberikan kontribusi dalam jalannya diskusi.
4. Akhir diskusi, setiap kelompok wajib membuat ringkasan hasil diskusi dan diserahkan kepada dosen pengampu.
5. Anggota setiap kelompok terdiri atas 6 mahasiswa.

Ketentuan Makalah
1. Makalah terdiri atas tiga bab, meliputi pendahuluan, isi, penutup, dan daftar pustaka.
2. Makalah disusun minimal menggunakan tiga sumber bacaan yang ditunjukkan dalam dafar pustaka.
3. Makalah disusun minimal 7 halaman (dengan catatan bobot ditekankan pada isi makalah)
4. Kertas yang digunakan kertas kwarto/ A4.
5. Batas tepi kertas dengan naskah (: atas 4 cm, bawah 3 cm, kiri 4 cm, kanan 3 cm).
6. Jarak antar baris 1,5 spacing.
7. Jenis huruf yang digunakan Arial dengan ukuran 11.
8. Makalah yang dikumpulkan dijilid lem (seperti buku).

Penilaian
1. Kesesuaian makalah dengan ketentuan yang ada
2. Kesesuaian isi makalah dengan topik
3. Kerjasama antara anggota kelompok
4. Keaktifan dalam diksusi, baik sebagai penyaji maupun peserta.

Kelompok 1
1. Ridwan Ari
2. Aziz
3. Setya Budi
4. Tri Wahono
5. Wahyu Putra
6. Eko Budi


Kelompok 2
1. Estu
2. Aris
3. Prabowo
4. Ratri
5. Nindiya
6. Diyan

Kelompok 3
1. Sofani
2. Nanik
3. Novita
4. Dwi Lestari
5. Dwi Purwanti
6. Sumiyatun

Kelompok 4
1. Gery
2. Nanang
3. Fauzi
4. Aris TW
5. Sodiq
6. Muhid

Kelompok 5
1. Nita
2. Linda
3. Desi
4. Dian Febri
5. Pujiyanti
6. Salamah
7. Dyah

Kelompok 6
1. Abi
2. Widiyono
3. Rendy
4. Supadi
5. Rian
6. Nuryani
7. Irmaya

Selasa, 10 November 2009

Sejarah Bahasa Indoneesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36. Ia juga merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia sebagaimana disiratkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Meski demikian, hanya sebagian kecil dari penduduk Indonesia yang benar-benar menggunakannya sebagai bahasa ibu, karena dalam percakapan sehari-hari yang tidak resmi masyarakat Indonesia lebih suka menggunakan bahasa daerahnya masing-masing sebagai bahasa ibu, seperti bahasa Melayu pasar, bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan lain sebagainya. Untuk sebagian besar masyarakat Indonesia lainnya, bahasa Indonesia adalah bahasa kedua dan untuk taraf resmi bahasa Indonesia adalah bahasa pertama. Bahasa Indonesia merupakan sebuah dialek bahasa Melayu yang menjadi bahasa resmi Republik Indonesia.

Bahasa Indonesia diresmikan pada kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Bahasa Indonesia merupakan bahasa dinamis yang hingga sekarang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan asing. Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu yang pokoknya dari bahasa Melayu Riau sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di Solo, Jawa Tengah, “Jang dinamakan ‘Bahasa Indonesia’ jaitoe bahasa Melajoe jang soenggoehpoen pokoknja berasal dari ‘Melajoe Riaoe’, akan tetapi jang soedah ditambah, dioebah ataoe dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh Indonesia; pembaharoean bahasa Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan Indonesia.” atau sebagaimana diungkapkan dalam Kongres Bahasa Indonesia II 1954 di Medan, Sumatra Utara, “…bahwa asal bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju. Dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju jang disesuaikan dengan pertumbuhannja dalam masjarakat Indonesia.”

Secara sejarah, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal dari bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih sama atau mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno. Secara sosiologis, bolehlah kita katakan bahwa bahasa Indonesia baru dianggap “lahir” atau diterima keberadaannya pada tanggal 28 Oktober 1928. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia secara resmi diakui keberadaannya.

Fonologi dan tata bahasa dari bahasa Indonesia cukuplah mudah. Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai penghantar pendidikan di perguruan-perguruan di Indonesia.

Sejarah

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yang digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan) di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern. Bentuk bahasa sehari-hari ini sering dinamai dengan istilah Melayu Pasar. Jenis ini sangat lentur, sebab sangat mudah dimengerti dan ekspresif, dengan toleransi kesalahan sangat besar dan mudah menyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan para penggunanya.

Bentuk yang lebih resmi, disebut Melayu Tinggi yang pada masa lalu digunakan oleh kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya. Bentuk bahasa ini lebih sulit karena penggunaannya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif Bahasa Melayu Pasar.

Pemerintah kolonial Belanda melihat kelenturan Melayu Pasar dapat mengancam keberadaan bahasa dan budaya. Belanda berusaha meredamnya dengan mempromosikan bahasa Melayu Tinggi, diantaranya dengan penerbitan karya sastra dalam Bahasa Melayu Tinggi oleh Balai Pustaka. Tetapi Bahasa Melayu Pasar sudah digunakan oleh banyak pedagang dalam berkomunikasi.

Melayu Kuno

Penyebutan pertama istilah “Bahasa Melayu” sudah dilakukan pada masa sekitar 683-686 M, yaitu angka tahun yang tercantum pada beberapa prasasti berbahasa Melayu Kuno dari Palembang dan Bangka. Prasasti-prasasti ini ditulis dengan aksara Pallawa atas perintah raja Sriwijaya, kerajaan maritim yang berjaya pada abad ke-7 sampai ke-12. Wangsa Syailendra juga meninggalkan beberapa prasasti Melayu Kuno di Jawa Tengah. Keping Tembaga Laguna yang ditemukan di dekat Manila juga menunjukkan keterkaitan wilayah itu dengan Sriwijaya.

Berbagai batu bertulis (prasasti) yang ditemukan itu seperti:

1. Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683.

2. Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684.

3. Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686.

4. Prasasti Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi, tahun 688.

Yang kesemuanya beraksara Pallawa dan bahasanya bahasa Melayu Kuno memberi petunjuk bahwa bahasa Melayu dalam bentuk bahasa Melayu Kuno sudah dipakai sebagai alat komunikasi pada zaman Sriwijaya.

Prasasti-prasasti lain yang bertulis dalam bahasa Melayu Kuno juga terdapat di:

1. Jawa Tengah: Prasasti Gandasuli, tahun 832, dan Prasasti Manjucrigrha.

2. Bogor: Prasasti Bogor, tahun 942.

Kedua prasasti di pulau Jawa itu memperkuat pula dugaan bahwa bahasa Melayu Kuno pada saat itu bukan saja dipakai di Sumatra, melainkan juga dipakai di Jawa.

Penelitian linguistik terhadap sejumlah teks menunjukkan bahwa paling sedikit terdapat dua dialek bahasa Melayu Kuno yang digunakan pada masa yang berdekatan.

Melayu Klasik

Karena terputusnya bukti-bukti tertulis pada abad ke-9 hingga abad ke-13, ahli bahasa tidak dapat menyimpulkan apakah bahasa Melayu Klasik merupakan kelanjutan dari Melayu Kuno. Catatan berbahasa Melayu Klasik pertama berasal dari Prasasti Terengganu berangka tahun 1303.

Seiring dengan berkembangnya agama Islam yang dimulai dari Aceh pada abad ke-14, bahasa Melayu klasik lebih berkembang dan mendominasi sampai pada tahap di mana ekspresi “Masuk Melayu” berarti masuk agama Islam.

Bahasa Indonesia

Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca, namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih menggunakan bahasa daerah yang jumlahnya mencapai 360 bahasa.

Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel Wallace menuliskan di bukunya Malay Archipelago bahwa, “Penghuni Malaka telah memiliki suatu bahasa tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang paling elegan dari negara-negara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah yang paling indah, tepat, dan dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang digunakan di seluruh Hindia Belanda.”

Jan Huyghen van Linschoten di dalam bukunya Itinerario menuliskan bahwa, “Malaka adalah tempat berkumpulnya nelayan dari berbagai negara. Mereka lalu membuat sebuah kota dan mengembangkan bahasa mereka sendiri, dengan mengambil kata-kata yang terbaik dari segala bahasa di sekitar mereka. Kota Malaka, karena posisinya yang menguntungkan, menjadi bandar yang utama di kawasan Tenggara Asia, bahasanya yang disebut dengan Melayu menjadi bahasa yang paling sopan dan paling pas di antara bahasa-bahasa di Timur Jauh.”

Bahasa Indonesia modern dapat dilacak sejarahnya dari literatur Melayu Kuno. Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua. Di tahun 1901, Indonesia di bawah Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen, sedangkan pada tahun 1904 Malaysia di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.

Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa nasional pada saat Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional atas usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa, “Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.

Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh sastrawan Minangkabau, seperti: Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan Chairil Anwar. Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata, sintaksis, maupun morfologi bahasa Indonesia.

Selasa, 27 Oktober 2009

Ciri Kalimat Efektif

Ciri-ciri Kalimat Efektif

1. Kesepadanan dan kesatuan

Kespadanan dan kesatuan ini ditandai dengan (a) struktur yang baik, (b) kata penghubung intrakalimat dan antarkalimat, (c) adanya gagasan pokok, (d) penggabungan dengan “yang”, “dan”, (e) penggabungan yang menyatakan “sebab” dan “waktu”, dan (f) penggabungan kalimat yang menyatakan hubungan akibat dan hubungan tujuan.
2. Kesejajaran bentuk

Yang dimaksud dengan kesejajaran (paralelisme) dalam kalimat ialah penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama atau konstruksi bahasa yang sama yang dipakai dalam susunan serial. Jika sebuah gagasan (ide) dalam suatu kalimat dinyatakan dengan frase, maka gagasan-gagasan lain yang sederajat harus dengan frase. Jika gagasan dinyatakan dengan kata benda (misalnya bentuk pe-an, ke-an), maka gagasan lain yang sederajat harus dengan kata benda juga. Demikian juga halnya bila sebuah gagasan suatu kalimat dinyatakan dengan kata kerja (misalnya bentuk me-kan, di-kan) maka gagasan lainnya yang sederajat harus dinyatakan dengan jenis kata yang sama. Kesejajaran akan membantu memberi kejelasan kalimat secara keseluruhan.

3. Penekanan

Penekanan dalam kalimat didasarkan pada inti pikiran. Seorang pembicara biasanya akan memberi penekanan pada bagian kalimat dengan memperlambat ucapan, meninggikan suara, dan sebagainya pada bagian kalimat.

4. Kehematan dalam mempergunakan kata

Kehematan dalam kalimat efektif merupakan kehematan dalam pemakaian kata, frase, atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan itu menyangkut gramatikalisasi dan makna kata. Kehematan tidak berarti bahwa kata yang diperlukan atau yang menambah kejelasan makna kalimat bleh dihilangkan.

5. Kevariasian dalam struktur kalimat

Seseorang akan dapat menulis dengan baik bila dia juga seorang pembaca yang baik. Akan tetapi pembaca yang baik tidak berarti dia juga penulis yang baik. Seorang penulis harus menyadari bahwa tulisan yang dibuatnya akan dibaca orang lain. Membaca bertujuan agar pembaca mendapat Sesutu dari bacaannya. Ini berarti bahwa pembaca harus memahami apa yang dimaksud memberi sesuatu pengetahuan atau pengalaman kepada pembaca juga tidak ingin membuat pembaca menjadi letih membaca. Oleh sebab itu, seorang penulis harus berusaha menghindari pembaca dari keletihan yang pad akhirnya akan menimbulkan kebosanan. Penulis harus berusaha agar membaca menjadi pekerjaan yang menyenangkan.

Sebuah bacaan atau tulisan yang baik merupakan sesuatu komposisi yang dapat memikat pembacanya untuk terus membaca sampai selesai. Hal ini memerlukan pengetahuan tentang teknik menulis. Menulis memerlukan ketekunan, latihan, dan pengalaman.

Kevariasian kalimat dapat ditunjukkan oleh hal-hal sebagai berikut:

a. Subjek pada awal kalimat

(36) Keirin adalah sejenis olah raga balap sepeda yang paling digemari di Negara Matahari Terbit.

(37) Para peminat harus bekerja keras di sekolah balap sepeda itu.

(38) Semua pemuda di ruang latihan itu ingin menjadi keirin yang professional.

b. Predikat pada awal kalimat

Kalimat yang dimulai dengan subjek merupakan hal yang umum. Susunan kalimat smacam ini ada yang menyebutnya dengan kalimat susun biasa, sebuah kalimat dapat juga dimulai dengan predikat. Kalimat semacam ini disebut kalimat invers (susun balik).

Kalimat inversi kadang-kadang perlu dibuat dalam rangka variasi menyusun sebuah paragraf. Perhatikan paragraf berikut ini!

Seorang anak berumur 7 tahun duduk berhadapan dengan seseorang. Ternyata ia sedang berlatih berbicara. Ditirukannya dengan sungguh-sungguh ucapan orang itu. Mulutnya kelihatan bergerak-gerak. Namun tidak terdengar suara dari bibirnya. Dengan sabar pelatih mengulang kembali ucapan-ucapannya. Si anak tetap berusaha tetapi gagal lagi. Lelah sekali ia tampaknya. Latihan pun segera dihentikan.

c. Frase pada awal, tengah, atau akhir kalimat

(39) Secara tidak langsung, kesehatan para pekerja akan mempengaruhi produktivitas perusahaan. (frase di awal kalimat).

(40) Manusia, sampai batas-batas tertentu masih sanggup mengatasi rintangan-rintangan seperti cuaca yang dingin, air bah, atau pun gempa bumi.

ALAT TES

ALAT TES
Pengertian
Alat penilaian merupakan seperangkat yang digunakan untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa.
Alat tes yang baik harus memenuhi 4 kriteria, yakni kelayakan (approprianteness), kesahihan (validity), keterpercayaan (reliability), dan ketertafsiran (interpretability).

Kriteria Kelayakan
1. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran.
2. Kesesuaian dengan bahan ajar.

Kriteria Kesahihan Alat Tes
1. Kesahihan isi (:alat tes mempunyai kesejajaran dengan tujuan dan deskripsi bahan pelajaran yang diajarkan).
2. Kesahihan konstruk (:alat tes sesuai dengan konsep ilmu yang diteskan).
3. Kesahihan ukuran (:alat tes yang benar-benar mampu mengukur apa yang hendak diukur sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan.
4. Kesahihan sejalan (:alat tes yang digunakan dapat mengukur bidang lain yang memiliki kesamaan karakteristik.
5. Kesahihan ramalan (:alat tes yang dapat meramalkan prestasi yang akan dicapai kemudian).

Kriteria Keterpercayaan
1. Teknik Tes Ulang Uji
2. Teknik belah dua
3. Rumus Kuder-Richardson
4. Koefisiensi Reliabilitas Alpha
5. Teknik bentuk paralel
6. Keterpercayaan tes bentuk esei

Kriteria Kepraktisan
1. Keekonomisan
2. Pelakasanaan
3. Penskoran
4. Penafsiran

TUGAS PERKULIAHAN PKn

Pengganti perkuliahan Bahasa Indonesia untuk mahasiswa PKn kelas I-C
Resume materi "Paragraf dan Pola Pengembangannya".
Dikumpulkan melalui email ke alamat triyatno78@yahoo.co.id
Batas akhir pengumpulan Selasa, 3 November 2009, pukul 09.29.

Senin, 26 Oktober 2009

INFO MID PKn

Materi mid semester:
1. Sejarah bahasa
2. Hakikat, fungsi, kedudukan bahasa
3. Ragam bahasa
4. EYD
5. Kalimat efektif
6. Paragraf

Rabu, 07 Oktober 2009

KUTIPAN LANGSUNG

Kutipan langsung adalah pernyataan yang ditulis dalam susunan kalimat aslinya tanpa mengalami perubahan sedikit pun.
Kutipan langsung kadang-kadang memang diperlukan dengan tujuan untuk mempertahankan keaslian pernyataan itu. Seseorang mungkin membuat pernyataan yang otentik, yang bila disalin ke dalam bentuk pernyataan yang lain akan kehilangan keotentikannya. Kutipan langsung tidak dapat menghindari hal-hal sebagai berikut:
mengutip rumus-rumus
mengutip peraturan-peraturan hukum, undang-undang, anggaran dasar, dan sebagainya,
mengutip peribahasa, sanjak, dialog drama,
mengutip beberapa landasan pikirna yang dinyatakan dalam kata-kata yang sudah pasti,
mengutip pendapat ilmiah, dan
mengutip ayat-ayat kitab suci.
Kutipan langsung dapat dibagi menjadi dua, yaitu kutipan langsung pendek dan kutipan langsung panjang.
a. Kutipan langsung panjang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(1) kutipan tidak lebih dari empat baris,
(2) kutipan diintegrasikan langsung dengan teks,
(3) jarak antar baris dengan baris standar,
(4) kutipan diapit oleh tanda kutip,
(5) sesudah kutipan diberi data publikasi, meliputi nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan.
Contoh:
… “Kalimat efektif dapat dikenal karena ciri-cirinya yang berikut: keutuhan, pertautan, pemusatan perhatian, dan keringkasan” (Moeliono, 1997: 98).

Anton Moelion menyatakan bahwa “Kalimat efektif dapat dikenal karena ciri-cirinya yang berikut: keutuhan, pertautan, pemusatan perhatian, dan keringkasan” (1997: 98).

b. Kutipan langsung panjang memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
(1) Kutipan lebih dari empat baris,
(2) Kutipan dipisahkan dari teks dalam jarak 2 spasi,
(3) Jarak antara baris dengan baris kutipan satu spasi,
(4) Kutipan boleh atau tidak diapit oleh tanda kutip,
(5) Seluruh kutipan dimasukkan ke dalam 5 – 7 ketikan,
(6) Sesudah kutipan diberi data publikasi, meliputi nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan.

Contoh:
………………………………….
“Dramatik timbul oleh pertentangan (konflik); pertentangan dengan Alam atau Tuhan, dengan diri sndiri, dengan manusia sesame, dengan lingkungan. Pertentangan menimbulkan lakon, menimbulkan alur (plot) atau intrigue.
Akan tetapi pertentangan sendiri dimungkinkan oleh apa? Apa sumber pertentangan?
Syahdan sumber pertentangan tiadalah lain selain jiwa manusia. Jiwa manusia sebagai benda logam yang berat bermuatan listrik. Bila bertemu dengan benda lain yang berlistrik maka timbullah dramatic: ‘Sebelum kutarik handle ini dan electron berloncatan dari kutub ke kutub ungu gelora panas-bangis…’Jadi, dasar dramatic yang paling dalam adalah kejiwaan manusia, ;benda bermuatan listrik’, yang voltasenya lebih dari seribu.” (Ali, 1967: 164).

KUTIPAN

Penulisan karya ilimiah selain harus memperhatikan kaidah tata bahasa dan ejaan juga harus memperhatikan kode etik dalam peminjaman pendapat terhadap tulisan orang lain. Peminjaman pendapat ini sering dikenal dengan istilah kutipan.
Kutipan adalah pinjaman pendapat dari seorang atau pengarang baik terdapat dalam buku maupun media-media yang lain.
Mengutip bukanlah merupakan hal yang aib. Tidak jarang pendapat, konsep, atau hasil penelitian dikutip kembali untuk dibahas, ditelaah, dikritik, dipertentangkan, atau diperkuat. Dengan kutipan sebuah penelitian akan terkait dengan penemuan-penemuan atau teori-teori yang telah ada. Namun demikian, seorang penulis sebaiknya hanya mengutip jika memang perlu. Janganlah sebuah tulisan didominasi oleh kutipan. Di samping itu penulis harus bertanggung jawab penuh terhadap ketepatan dan ketelitian kutipan, terutama kutipan tidak langsung.
Kutipan dilakukan karena dapat berfungsi sebagai:
1. landasan teori
2. sebagai penjelasan penguat pendapat yang dikemukakan penulis.

Jenis Kutipan
1. Kutipan langsung
2. Kutipan tidak langsung

PERSYARATAN PARAGRAF

Paragraf yang efektif harus memenuhi tiga syarat, yaitu (1) adanya kesatuan, (2) adanya kepaduan, dan (3) adanya kelengkapan.

KEGUNAAN PARAGRAF

Kegunaan paragraf yang utama adalah untuk menandai pembukaan topik baru, atau pengembangan lebih lanjut topik sebelumnya (yang baru). Perhatikan contoh berikut.
Dalam pertarungan matador yang resmi, biasanya ada 6 ekor banteng yang dibunuh oleh tiga orang laki-laki. Setiap laki-laki, membunuh dua ekor banteng. Banteng itu harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu berumur 4-5 tahun, tidak cacat, dan telah mempunyai tanduk yang runcing dan bagus. Banteng-banteng ini telah diperiksa oleh dokter hewan setempat sebelum bertanding. Dokter hewan berhak menolak banteng yang tidak memenuhi syarat, misalnya, masih di bawah umur, tanduknya masih lemah, ada kelainan di mata, tanduk atau penyakit yang nyata kelihatan.
Laki-laki yang bertugas membunuh disebut matador. Pilihan banteng yang akan mereka bunuh tergantung dari hasil undian. Setiap matador mempunyai tiga candrilla yang terdiri dari 5 sampai 6 orang yang dibayar dan diperintah oleh matador. Tiga dan lima orang tersebut menolongnya di lapangan, dengan memakai mantel tanpa lengan dan atas perintahnya menempatkan banderillas yaitu kayu yang panjangnya 3 kaki dengan ujung yang tajam yang berbentuk garpu yang disebut peones atau banderilleros. Yang dua lagi dinamakan picadors, mereka muncul dengan menunggang kuda di arena.

Wacana di atas, paragraf pertama bercerita tentang banteng, sedangkan paragraf kedua tentang laki-laki yang bertugas membunuh dan bertarung dengan banteng-banteng itu. Namun, kedua paragraf itu saling berhubungan.
Kegunaan lain dari paragraf ialah untuk menambah hal-hal yang penting atau untuk merinci sesuatu yang sudah diuatarakan dalam paragraf sebelumnya. Perhatikan contoh berikut.
Tanda-tanda lalulintas rupanya sudah dijadikan simbol (lambang) yang berlaku di mana-mana dan mudah dipahami. Setiap pengendara atau masyarakat sebagian besar mengetahui arti dan fungsinya. Sekarang timbul pertanyaan, apakah sebetulnya simbol itu? Dengan singkat dapat dikatakan simbol ialah sesuatu yang mengandung arti lebih dari yang terdapat dalam fakta. Di sekelilikng kita banyak simbol-simbol yang digunakan manusia untuk berkomunikasi.Simbol yang pemakaiannya begitu umum terdapat juga dalam puisi. Bahkan dalam puisi pemakaian simbol cukup dominant. Justru di sinilah letak unsur seninya karena simbol itu menyarankan kepada suatu arti tertentu. Pemakaian simbol itu erat sekali hubungannya dengan tujuan penyair untuk menyarankan sesuatu secara tepat yang berkaitan erat dengan pengimajian.

STRUKTUR PARAGRAF

A. Struktur Alenia
Berdasarkan fungsinya, kalimat yang membangun paragraf pada umumnya dapat diklasifikasikan atas dua macam, yaitu (1) kalimat topik dan (2) kalimat penjelas. Kalimat topik adalah kalimat yang berisi ide pokok atau gagasan utama. Adapun kalimat penjelas adalah kalimat yang berfungsi menjelaskan kalimat utama. Ciri-ciri kalimat utama dan kalimat penjelas adalah sebagai berikut.
1. Ciri-ciri kalimat utama
a. mengandung permasalahan yang potensial untuk dirinci dan diuraikan lebih lanjut;
b. merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri;
c. mempunyai arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain;
d. dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung dan frasa transisi.
2. Ciri-ciri kalimat penjelas
merupakan kalimat yang tidak berdiri sendiri (dari segi arti);
arti kalimat kadang-kadang baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu paragraf;
pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung dan frasa transisi;isinya berupa rincian, keterangan, contoh, data tambahan yang bersifat mendukung kalimat utama.

PENULISAN PARAGRAF

A. Pengertian Paragraf
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam sebuah paragraf yang baik sebaiknya terdiri atas pikiran utama dan pikiran penjelas. Pikiran utama tertuang dalam kalimat utama. Kalimat-kalimat yang memperjelas sebuah kalimat utama di dalamnya tentu termuat gagasan penjelas.
Gagasan utama dan gagasan penjelas merupakan satu dasar untuk membuat paragraf yang baik. Untuk lebih memperjelas, perhatikan contoh paragraf berikut ini!
Sampah yang setiap hari kita buang sebenarnya bisa disederhanakan menjadi dua macam, yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah yang mudah membusuk, seperti sisa makanan dan daun-daunan yang umumnya basah. Sampah anorganik adalah sampah yang sulit atau bahkan tidak bisa membusuk, misalnya plastik, logam, kain, dan karet.

Kalimat Efektif

KALIMAT EFEKTIF

A. Pengertian
Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi unsur gramatikal.

B. Syarat Kalimat Efektif
Syarat-syarat kalimat dapat dikatakan kalimat efektif, antara lain:
1. Unsur-unsur penting harus dimiliki oleh setiap kalimat (: unsur sebuah kalimat meliputi Subjek, Predikat, Objek, Keterangan, dan Pelengkap),
2. Memperhatikan aturan-aturan yang meliputi ejaan, pilihan kata (diksi).

Sabtu, 03 Oktober 2009

Kata Pengantar

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, peneliti panjatkan ke hadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini.
Penelitian yang berjudul Peningkatan Kompetensi Menulis Pengalaman Siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Gatak Melalui Pola Latihan Berjenjang bertujuan untuk membantu guru dalam merancang dan melaksanakan strategi pembelajaran menulis yang kreatif, bervariasi, dan bermakna; meningkatkan kemampuan guru dalam menciptakan inovasi dalam pembelajaran menulis pada khususnya, dan pembelajaran Bahasa dan Satra Indonesia pada umumnya; membantu siswa untuk meningkatkan kompetensi menulis pengalaman; serta membantu siswa untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam menuliskan pengalamannya.
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mendapat bantuan yang berharga dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan terima kasih kepada:
Dirjen Dikti Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi yang telah membiayai penelitian ini,
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat UMS yang telah memfasilitasi usulan dan pelaksanaan penelitian ini,
Kepala SMP N 2 Gatak, Sukoharjo yang telah memberikan izin dan kerjasamanya dalam pelaksanaan penelitian,
Kepala MTs PPMI Assalaam Surakarta yang telah memberikan rekomendasi kepada guru mitra (guru 2) untuk melaksanakan penelitian ini,
Segenap karyawan SMP N 2 Gatak yang telah membantu peneliti dalam mendapatkan data-data tentang kondisi sekolah,
Para siswa kelas VII A SMP N 2 Gatak yang dengan semangat menyambut kedatangan kami dan melaksanakan PBM dengan baik; dan
Segenap pihak yang telah memberikan bantuan terhadap pelaksanaan penelitian ini.
Akhirnya, peneliti hanya bisa berharap semoga hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh segenap masyarakat yang memerlukannya.

Surakarta, 10 November 2006

Contoh Sistematika Kartul

Contoh Sistematika Kartul

Sistematika PenulisanPenulisan karya tulis ini akan disusun dalam 3 bab. Bab I Pendahuluan berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan karya tulis, manfaat karya tulis, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori, berisi kajian teori yang mendukung dalam karya tulis. Bab III Pembahasan berisi uraian yang didasarkan pada tujuan karya tulis. Bab V Penutup, berisi simpulan dan saran.

Jumat, 25 September 2009

RMP EVAL PEMB BHS&SASTRA

RENCANA MUTU PEMBELAJARAN

Nama Dosen : Triyatno
Program Studi : Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Kode Mata Kuliah : 701302
Nama Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Jumlah : 2
Semester : VII
Pertemuan : 1
Alokasi Waktu : 100 menit

I. Standar Kompetensi : Memahami Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia melalui alat tes.
Mengidentifikasikan jenis-jenis tes kemampuan kebahasaan dan sastra.

II. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan evaluasi kebahasaan dan sastra Indonesia

III. Indikator : Tes kebahasaan, komponen-komponen tes kebahasaan, jenis tes bahasa

IV. Materi Ajar : Tes Kebahasaan

V. Metode / Strategi Pembelajaran : Ceramah, diskusi dan pemberian tugas

VI. Tahap Pembelajaran :
A. Kegiatan Awal : Pemusatan perhatian pada materi dan EB
B. Kegiatan Inti : penjelasan materi
C. Kegiatan Akhir : tanya jawab dan kesimpulan

VII. Alat/Bahan/Sumber Belajar :
A. Alat/Media : papan tulis, OHP, spidol
B. Bahan/Sumber Belajar : penilaian dan pengajaran bahasa dan sastra

VIII. Penilaian :
A. Teknik dan instrumen penilaian : unjuk kerja
B. Kriteria Penilaian :

NF = Portofolio (2) + Proses (3) + Tes Tulis (5)
10


Surakarta, 16 Juli 2008
Ketua Jurusan Dosen Pengampu

(Triyatno)

RENCANA MUTU PEMBELAJARAN

Nama Dosen : Triyatno
Program Studi : Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Kode Mata Kuliah : 701302
Nama Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Jumlah : 2
Semester : VII
Pertemuan : 2
Alokasi Waktu : 100 menit


I. Standar Kompetensi : Memahami tentang kriteria kepercayaan alat tes

II. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan Kepercayaan tes

III. Indikator : Teknik tes uji ulang, product moment, belah dua KR20, KR 21

IV. Materi Ajar : Kriteria kepercayaan alat tes

V. Metode / Strategi Pembelajaran : Problem solving / dari percobaan / eksperimen

VI. Tahap Pembelajaran :
A. Kegiatan Awal : Appersepsi dan pemusatan materi
B. Kegiatan Inti : Menjelaskan pokok materi
C. Kegiatan Akhir : Kesimpulan dan tugas

VII. Alat/Bahan/Sumber Belajar :
A. Alat/Media : Papan tulis, OHP, spidol
B. Bahan/Sumber Belajar : Buku Burhan Nurgiyantoro / Ngalim Purwanto

VIII. Penilaian :
A. Teknik dan instrumen penilaian : Validitas
B. Kriteria Penilaian : Product

NF = Portofolio (2) + Proses (3) + Tes Tulis (5)
10



Surakarta, 16 Juli 2008
Ketua Jurusan Dosen Pengampu


(Triyatno)

RENCANA MUTU PEMBELAJARAN

Nama Dosen : Triyatno
Program Studi : Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Kode Mata Kuliah : 701302
Nama Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Jumlah : 2
Semester : VII
Pertemuan : 3
Alokasi Waktu : 100 menit

I. Standar Kompetensi : Memahami berbagai tes kompetensi kebahasaan, merumuskan jenis-jenis tes kompetensi kebahasaan.

II. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan tes kompetensi kebahasaan

III. Indikator : Bahan tes struktur, tingkatan tes struktur, tes kota kata

IV. Materi Ajar : Tes kompetensi kebahasaan

V. Metode / Strategi Pembelajaran : Ceramah, kontekstual, pemecahan masalah

VI. Tahap Pembelajaran :
A. Kegiatan Awal : Melaksanakan appersepsi
B. Kegiatan Inti : Menjelaskan materi pokok, tentang tes kompetensi kebahasaan.
C. Kegiatan Akhir : Kesimpulan tes kompetensi kebahasaan

VII. Alat/Bahan/Sumber Belajar :
A. Alat/Media : Papan tulis, OHP, spidol, note book
B. Bahan/Sumber Belajar : Penialaian dalam pembelajaran

VIII. Penilaian :
A. Teknik dan instrumen penilaian : Proyek / penugasan
B. Kriteria Penilaian :

NF = Portofolio (2) + Proses (3) + Tes Tulis
10


Surakarta, 16 Juli 2008
Ketua Jurusan Dosen Pengampu



(Triyatno)

RENCANA MUTU PEMBELAJARAN

Nama Dosen : Triyatno
Program Studi : Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Kode Mata Kuliah : 701302
Nama Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Jumlah : 2
Semester : VII
Pertemuan : 4
Alokasi Waktu : 100 menit

I. Standar Kompetensi : Memahami tentang tes kemampuan reseptif

II. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan tentang tes kemampuan reseptif

III. Indikator : Tes kemampuan, menyimak, membaca, butir-butir inti latihan

IV. Materi Ajar : Tes kemampuan reseptif

V. Metode / Strategi Pembelajaran : Ceramah, pemecahan masalah, pemberian tugas, diskusi

VI. Tahap Pembelajaran :
A. Kegiatan Awal : Pemusatan perhatian masalah materi yang berkait
B. Kegiatan Inti : Menjelaskan pemusatan materi pokok / tes kemampuan reseptif
C. Kegiatan Akhir : Pemberian tugas dan penyimpulan materi

VII. Alat/Bahan/Sumber Belajar :
A. Alat/Media : Papan tulis, spidol, LCD dan alat yang lain
B. Bahan/Sumber Belajar : Penialaian dalam pembelajaran bahasa dan sastra

VIII. Penilaian :
A. Teknik dan instrumen penilaian :
­ Proyek / penugasan / diskusi dinilai berdasarkan materi, keaktifan dan kemampuan mempertahankan pendapat.
­ Hasil diskusi dinilai berdasarkan kemampuan mahasiswa dalam merumuskan dan mengintegrasikan masukan dari teman.
­ Instrumen penilaian diajukan secara lesan.
B. Kriteria Penilaian :

NF = Portofolio (2) + Proses (3) + Tes Tulis
10

Surakarta, 16 Juli 2008
Ketua Jurusan Dosen Pengampu
(Triyatno)
RENCANA MUTU PEMBELAJARAN

Nama Dosen : Triyatno
Program Studi : Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Kode Mata Kuliah : 701302
Nama Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Jumlah : 2
Semester : VII
Pertemuan : 5
Alokasi Waktu : 100 menit

I. Standar Kompetensi : Pemahanaman dan merumuskan arti / makna tes kompetensi produktif

II. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan tes produktif, melalui tes kemampuan berbicara, kemampuan menulis

III. Indikator : Tes kemampuan berbicara : bentuk tugas kemampuan berbicara
Tes kemampuan menulis : kemampuan menulis, hasil karangan

IV. Materi Ajar : Tes kompetensi produktif

V. Metode / Strategi Pembelajaran : Jiswo dan inquiri

VI. Tahap Pembelajaran :
A. Kegiatan Awal : Appersepsi
B. Kegiatan Inti : Menjelaskan inti materi pokok
C. Kegiatan Akhir : Menyimpulkan materi dan tanya jawab

VII. Alat/Bahan/Sumber Belajar :
A. Alat/Media : Laptop. LCD dan papan tulis / spidol
B. Bahan/Sumber Belajar : Penialaian dalam pembelajaran sastra (Burhan Nurgiyantoro, Ngalim Purwanto)

VIII. Penilaian :
A. Teknik dan instrumen penilaian : Penilaian portofolio
B. Kriteria Penilaian : membuat keputusan

NF = Portofolio (2) + Proses (3) + Tes Tulis
10

Surakarta, Juli 2008
Ketua Jurusan Dosen Pengampu


(Triyatno)

RENCANA MUTU PEMBELAJARAN

Nama Dosen : Triyatno
Program Studi : Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Kode Mata Kuliah : 701302
Nama Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Jumlah : 2
Semester : VII
Pertemuan : 6
Alokasi Waktu : 100 menit

I. Standar Kompetensi : Memahami pelaksanaan tes kesusasteraan

II. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan tes kesusasteraan, tentang tujuannya, pendekatan taksonomi tes sastra

III. Indikator : Tujuan dan penilaian pengajaran sastra, pendekatan taksonomi, tes kesastraan kategori mody

IV. Materi Ajar : Tes kesasteraan

V. Metode / Strategi Pembelajaran : Ceramah, insight dan tanya jawab

VI. Tahap Pembelajaran :
A. Kegiatan Awal : Penerapan appersepsi
B. Kegiatan Inti : Penjelasan pokok materi
C. Kegiatan Akhir : Kesimpulan

VII. Alat/Bahan/Sumber Belajar :
A. Alat/Media : OHP, papan tulis / spidol
B. Bahan/Sumber Belajar : Penilaian pengajaran bahasa sastra Burhan Nurgiyantoro / Suharsimi Arikunto

VIII. Penilaian :
A. Teknik dan instrumen penilaian : Paper
B. Kriteria Penilaian : Mendidik / perbaikan proses pembelajaran peningkatan mutu pembelajaran

NF = Portofolio (2) + Proses (3) + Tes Tulis (5)
10


Surakarta, 16 Juli 2008
Ketua Jurusan Dosen Pengampu

(Triyatno)
RENCANA MUTU PEMBELAJARAN

Nama Dosen : Triyatno
Program Studi : Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Kode Mata Kuliah : 701302
Nama Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Jumlah : 2
Semester : VII
Pertemuan : 7
Alokasi Waktu : 100 menit

I. Standar Kompetensi : Memahami penilaian sikap

II. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan sikap dengan ekspresi fisik, ekspresi suara, ekspresi verbal

III. Indikator : Penilaian sikap melalui fisik, suara dan gerakan

IV. Materi Ajar : Penilaian fisik

V. Metode / Strategi Pembelajaran : Demonstrasi / simulasi

VI. Tahap Pembelajaran :
A. Kegiatan Awal : Appersepsi
B. Kegiatan Inti : Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara-cara penilaian fisk dan memberi tugas
C. Kegiatan Akhir : Pertunjukan / contoh-contoh

VII. Alat/Bahan/Sumber Belajar :
A. Alat/Media : Media model
B. Bahan/Sumber Belajar : Evaluasi pendidikan / Ngalim Purwanto

VIII. Penilaian :
A. Teknik dan instrumen penilaian : Penilaian sikap
B. Kriteria Penilaian :

NF = Portofolio (2) + Proses (3) + Tes Tulis
10


Surakarta, 16 Juli 2008
Ketua Jurusan Dosen Pengampu



(Triyatno)

RENCANA MUTU PEMBELAJARAN

Nama Dosen : Triyatno
Program Studi : Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Kode Mata Kuliah : 701302
Nama Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Jumlah : 2
Semester : VII
Pertemuan : 8
Alokasi Waktu : 100 menit

I. Standar Kompetensi : Pemahaman alat penilaian hasil pembelajaran

II. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan alat penilaian hasil pembelajaran

III. Indikator : Teknik non tes, teknik tes, bentuk tes

IV. Materi Ajar : Alat penilaian

V. Metode / Strategi Pembelajaran : Ceramah

VI. Tahap Pembelajaran :
A. Kegiatan Awal : Terapan appersepsi
B. Kegiatan Inti : Penjelasan secara tuntas pada materi pokok
C. Kegiatan Akhir : Kesimpulan dan penggunaan alat tes

VII. Alat/Bahan/Sumber Belajar :
A. Alat/Media : OHP / papan tulis / spidol
B. Bahan/Sumber Belajar : Penilaian dalam pembelajaran bahasa dan sastra /Burhan Nurgiyantoro

VIII. Penilaian :
A. Teknik dan instrumen penilaian : Obyektif, adil, terencana dan bersinambungan
B. Kriteria Penilaian :

NF = Portofolio (2) + Proses (3) + Tes Tulis
10


Surakarta, 16 Juli 2008
Ketua Jurusan Dosen Pengampu


(Triyatno)



RENCANA MUTU PEMBELAJARAN

Nama Dosen : Triyatno
Program Studi : Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Kode Mata Kuliah : 701302
Nama Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Jumlah : 2
Semester : VII
Pertemuan : 9
Alokasi Waktu : 100 menit


I. Standar Kompetensi : Memahami alat tes yang disiapkan untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran

II. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan kriteria kelayakan penggunaan alat tes

III. Indikator : Kelayakan alat tes, kesahihan alat tes, kriteria kepercayaan alat tes

IV. Materi Ajar : Kriteria kelayakan alat tes

V. Metode / Strategi Pembelajaran : Ceramah, pemecahan masalah dan pemberian tugas

VI. Tahap Pembelajaran :
A. Kegiatan Awal : Penerapan appersepsi
B. Kegiatan Inti : Penjelasan pokok materi
C. Kegiatan Akhir : Menyimpulkan kepercayaan / fungsi alat tes

VII. Alat/Bahan/Sumber Belajar :
A. Alat/Media : OHP / papan tulis / spidol
B. Bahan/Sumber Belajar : Penilaian dalam pembelajaran bahasa dan sastra /Burhan Nurgiyantoro

VIII. Penilaian :
A. Teknik dan instrumen penilaian : Fokus kompetensi
B. Kriteria Penilaian :

NF = Portofolio (2) + Proses (3) + Tes Tulis (5)
10


Surakarta, Juli 2008
Ketua Jurusan Dosen Pengampu


(Triyatno)

RENCANA MUTU PEMBELAJARAN

Nama Dosen : Triyatno
Program Studi : Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Kode Mata Kuliah : 701302
Nama Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Jumlah : 2
Semester : VII
Pertemuan : 10-12
Alokasi Waktu : 100 menit


I. Standar Kompetensi : Memahami kesahihan alat tes

II. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan kesahihan alat tes

III. Indikator : Kesahihan, isi, konstruk, ukuran, ramalan, perhitungan pengukuran kesahihan

IV. Materi Ajar : Kriteria kesahihan alat tes

V. Metode / Strategi Pembelajaran : Ceramah, pemecahan masalah

VI. Tahap Pembelajaran :
A. Kegiatan Awal : Appersepsi
B. Kegiatan Inti : Menjelaskan materi pokok
C. Kegiatan Akhir : Kesimpulan penjelasan

VII. Alat/Bahan/Sumber Belajar :
A. Alat/Media : OHP / papan tulis / spidol
B. Bahan/Sumber Belajar : Buku Burhan Nurgiyantoro

VIII. Penilaian :
A. Teknik dan instrumen penilaian : Unjuk kerja
B. Kriteria Penilaian : Validitas

NF = Portofolio (2) + Proses (3) + Tes Tulis
10


Surakarta, Juli 2008
Ketua Jurusan Dosen Pengampu


(Triyatno)

Karya Ilmiah

SISTEMATIKA KARYA ILMIAH
OLEH
TRIYATNO, S.Pd.

BAGIAN – BAGIAN KI
Bagian Awal: halaman depan, abstrak, pengesahan, persembahan & motto, kata pengantar, daftar isi, “daftar tabel, gambar, bagan, grafik, lampiran jika ada”

Bagian Inti: Pendahuluan, Kajian Teori& Landasan Teori, Metode, Pembahasan, Penutup.

Bagian Penutup: Daftar Pustaka & Lampiran
Bagian Awal
HALAMAN PENGESAHAN
PERSEMBAHAN & MOTTO
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAGIAN ISI
Bagian Isi KI meliputi:
1. Bab Pendahuluan (: latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis (jika diperlukan), sistematika penulisan
2. Bab Kajian Pustaka dan Landasan Teori
3. Bab Metode Penelitian
4. Bab Hasil dan Pembahasan
5. Bab Penutup (: simpulan dan saran)
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah adalah alasan-alasan yang mendasari pengangkatan topik masalah dalam penelitian.

Perumusan Masalah
Bagian ini berisi rancangan masalah yang akan dikaji dalam penelitian. Perumusan masalah dapat dirinci dalam bentuk daftar pertanyaan. Penelitian dapat dikatakan baik jika memuat lebih dari satu perumusan masalah.

Manfaat
Bagian ini menggambarkan kegunaan yang dapat diambil dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan. Manfaat ini dapat bersifat teoritis dan praktis. Manfaat teoritis merupakan manfaat yang berkaitan terhadap pengembangan pengetahuan akademik. Manfaat praktis merupakan manfaat secara langsung dari hasil penelitian yang dapat digunakan oleh masyarakat.

Sistematika Penelitian
Bagian ini menggambarkan alur laporan penelitian yang menampilkan hal-hal yang akan diuraikan dalam laporan, dari bab pembahasan sampai dengan penutup.
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah referensi yang dijadikan dasar dalam pegkajian sebuah masalah. Penelitian yang baik hendaknya menghadirkan lebih dari dua referensi yang dijadikan literatur. Kajian pustaka dapat berupa penelitian-penelitian terdahulu yang sejalan dengan topik penelitian yang akan diangkat.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian memuat metode dan teknik. Metode merupakan seperangkat langkah (yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis (urutannya logis), sedangkan teknik merupakan cara melakukan setiap langkah tersebut.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam metode penelitian, meliputi: objek penelitian, populasi dan sampel data, metode dan teknik pemerolehan data, metode dan teknik analisis data, dan metode penyajian hasil penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan ini menggambarkan temuan-temuan yang ada dalam penelitian serta kegiatan analisis dan pembahasan terhadap hasil temuan secara tuntas.

Hasil dan pembahasan merupakan tubuh utama sebuah laporan penelitian. Oleh karena itu, dalam bab ini penulis harus menyajikan sesempurna mungkin berdasarkan teori serta metode yang benar.
PENUTUP
Simpulan
Simpulan merupakan gambaran seluruh analisis dan relevansinya dengan hipotesis yang sudah dikemukakan. Simpulan ini diperoleh dari uraian analisis yang terdapat pada bab hasil dan pembahasan.
Bagian Akhir/Penutup
Bagian ini meliputi:
Daftar Pustaka,
Indeks (jika ada), dan
Lampiran (jika ada).
Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan bagian yang mutlak harus ada pada suatu karangan ilmiah, baik makalah, karya tulis ilmiah, maupun skripsi. Daftar pustaka dapat bermanfaat bagi pembaca untuk mengetahui secara selintas sumber acuan yang dijadikan landasan berpijak oleh penulis karangan ilmiah.

Daftar pustaka diletakkan pada halaman tersendiri setelah bab penutup. Dalam daftar pustaka dicantumkan semua kepustakaan, baik yang dijadikan acuan atau landasan penyusunan karangan ilmiah maupun yang hanya dijadikan bahan bacaan, termasuk di dalamnya artikel (dalam majalah atau surat kabar), makalah, skripsi, disertasi, buku diktat, dan antologi.

Semua pustaka acuan yang dicantumkan dalam daftar pustaka disusun menurut abjad nama-nama pengarang atau lembaga yang menerbitkannya. Jika nama pengarang dan nama lembaga yang menerbitkannya tidak ada, penyusunan daftar pustaka didasarkan pada judul pustaka acuan tersebut.

Secara umum data publikasi dalam daftar pustaka meliputi: nama pengarang, tahun, judul, kota terbit, penerbit.

Pemisahan antar unsur dalam daftar pustaka dapat menggunakan tanda titik atau tanda koma. Untuk menjaga kekonsistenan dalam penulisan maka, jika dalam pemisahan unsur dalam penulisan sumber pustaka menggunakan tanda titik maka yang lainnya harus menggunakan tanda titik. Begitu pula jika pemisahan antar unsur menggunakan tanda koma.
Adapun kaidah penulisan kedua-duanya dapat dilihat dalam contoh berikut.
Pemisahan antar unsur menggunakan tanda titik (.)
Buku (: Pengarang. Tahun. Judul. Kota: Penerbit.)
Efendi, Onong Uchjana. 2001. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung: Remadja Rosda Karya.

Surat Kabar (: Pengarang. Tahun. “Judul Artikel”. Dalam Nama Media. Edisi (tanggal, bulan, tahun). Halaman. Kota.)
Wahyudi, Agus Budi. 2004. “Roti Panas Reformasi”. Dalam Solopos. 23 Juni 2004. Hlm: 3. Surakarta.

Laporan Penelitian (: Pengarang. Tahun. “Judul”. Keterangan. Instansi.)
Rahmawati, Ida. 1999. “Eufemisme sebagai Bentuk Ekspresi Berbahasa Tulis Suatu Tinjauan Sosiolinguistik”. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.

Internet (: Pengarang. Tahun. “Judul Artikel”. Dalam Nama Web. Edisi.)
Slametmuljono. 2001. “Eufemisme dan Disfemisme”. Dalam Pikiran Rakyat.com/otokir.index_pr_otokir.html. 5 Juli 2001.
Pemisahan antar unsur menggunakan tanda titik (.) dan koma (,)
Buku (: Pengarang. Judul. Kota: Penerbit, Tahun.)
Efendi, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung: Remadja Rosda Karya, 2001.

Surat Kabar (: Pengarang. “Judul Artikel,” Nama Media, Edisi (tanggal, bulan, tahun). Halaman.)
Wahyudi, Agus Budi. “Roti Panas Reformasi,” Solopos, 23 Juni 2004, hlm: 3.

Laporan Penelitian (: Pengarang. “Judul,” Keterangan, Instansi, Tahun)
Rahmawati, Ida. “Eufemisme sebagai Bentuk Ekspresi Berbahasa Tulis Suatu Tinjauan Sosiolinguistik,” Skripsi, Universitas Sebelas Maret, 2001.

Internet (: Pengarang. “Judul Artikel,” Nama Web. Edisi.)
Slametmuljono. “Eufemisme dan Disfemisme,” Pikiran Rakyat.com/otokir.index_pr_otokir.html, 5 Juli 2001.
Indeks
Indeks adalah daftar kata atau istilah yang terdapat dalam karangan ilmiah. Penulisan daftar kata harus berkelompok berdasarkan abjad awal kata atau istilah. Di belakang kata/ istilah diberi tanda koma dan dicantumkan nomor-nomor halaman tempat kata/ istilah itu dapat ditemukan.

Manfaat indeks adalah agar pembaca dapat dengan cepat mencari kata-kata atau istilah-istilah yang diperlukannya dalam karangan ilmiah tersebut.

Materi Ajar Kelas 8 MTs

UNIT 1

A. Laporan
Laporan adalah sesuatu yang dilaporkan/ diberitakan. Laporan dapat berbentuk lisan maupun tulisan. Laporan yang berbentuk tulisan mempunyai beberapa bagian: (1) pembuka, (2) pengembangan, dan (3) penutup.

B. Kalimat Aktif dan Pasif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya sebagai pelaku. Cirinya ditandai pemakaian imbuhan meN- / ber- pada unsur predikatnya.
Contoh:
- Kami memulai pekerjaan dengan berdoa.
- Kami berjualan koran sebelum berangkat sekolah.

Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/ tindakan/ sebagai penderita. Ciri kalimat pasif ditandai pemakaian imbuhan di- / ter- pada unsur predikatnya.
Contoh:
- Kami diajak berdoa bersama.
- Buku Ppku tertinggal di kamar.

C. Wawancara
Wawancara adalah kegiatan tanya jawab yang digunakan untuk mendapatkan informasi.
Etika berwawancara antara lain: (1) memerhatikan usia nara sumber, (2) menyusun daftar pertanyaan, (3) memperhatikan tempat berwawancara.

D. Kata Baku
Kata baku adalah kata yang cara pengucapan dan penulisannya sesuai kaidah/ ragam bahasa yang telah ditentukan.
Kaidah yang digunakan untuk penulisan kata baku yaitu: (1) berpedoman pada buku Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUYED), (2) tata bahasa baku bahasa Indonesia, dan (3) Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Kata tidak baku adalah kata yang tidak memenuhi kaidah umum tersebut.
Ciri-ciri bahasa baku:
1. Tidak dipengaruhi bahasa daerah
Contoh: gimana
2. tidak dipengaruhi bahasa asing.
Contoh: lain kesempatan
3. Bukan bahasa percakapan.
Contoh: ngeliat
4. Pemakaian imbuhan secara eksplisit (nyata/ kelihatan).
Contoh: Ia bekerja keras.
5. Pemakaiannya sesuai dengan konteks.
Contoh: lebih besar daripada
6. Tidak rancu (terkintaminasi).
Contoh: mengesampingkan
7. Tidak mengandung arti pleonasme (berlebih-lebihan)
Contoh: para tamu-tamu
8. Tidak mengandung hiperkorek
Contoh: anggauta (salah), anggota (benar)

E. Naskah Drama
Naskah drama adalah teks drama yang dijadikan pedoman oleh setiap pekaku dalam permainan drama. Naskah drama juga sering disebut skenario/ manuskrip.
Teks drama memiliki beberapa ciri.
1. seluruh cerita berbentuk dialog.
2. Monolog maupun dialog semua ditulis dalam bentuk teks.
3. Semua dialog tidak menggunakan tanda petik (“...”).
4. Naskah drama dilengkapi petunjuk tertentu yang harus dilakukan oleh para pemeran.
5. Petunjuk teknis ditulis dalam di dalam tanda kurung (...) atau dengan huruf yang berbeda dengan huruf pada dialog.
6. Nama tokoh terletak di atas dialog atau di samping kiri dialog.

Langkah-langkah penulisan naskah drama.
1. Menentukan ide/ tema.
2. Menentukan setting kejadian peristiwanya.
3. Untuk menghindari perulangan alur cerita, perlu mengubah ide cerita dalam bentuk prosa.
4. Menentukan tokoh beserta perwatakannya.
5. Tulis naskah drama sesuai ciri-ciri naskah drama. Lengkapi naskah drama dengan petunjuk-petunjuk khusus sesuai dengan kebutuhan.
6. Naskah drama siap dipentaskan.

Unsur intrinsik naskah drama ada 6.
1. tema/ pokok cerita.
2. alur/ jalan cerita.
3. penokohan/ perwatakan/ karakter.
4. latar/ setting.
5. dialog/ percakapan
6. amanat

F. Kata Ganti Orang (Persona)
Kata ganti orang adalah kata ganti yang digunakan untuk mengacu pada orang. Kata ganti orang dapat dibagi menjadi 3.
Persona Tunggal Jamak
Pertama Aku, saya, ku-, -ku Kami, kita
Kedua Kamu, engkau, Anda, dikau, -mu, kau- Kamu, engkau, Anda sekalian, kalian
Ketiga Ia, dia, beliau, -nya Mereka

UNIT 2

A. Pergeseran Makna
Pergeseran makna disebabkan oleh perkembangan bahasa Indonesia.
Ada enam pergeseran makna yang ada di bahasa Indonesia, yaitu meluas, menyempit, ameliorasi, peyorasi, sinestesia, dan asosiasi.
1. Meluas (Generalisasi) yaitu pergeseran makna yang dianggap lebih luas daripada makna kata sebelumnya.
Contoh: Selamat pagi Bu. (Istilah Ibu dulu hanya digunakan untuk wanita yang melahirkan kita, sekarang semua wanita paruh baya dipanggil ibu).
2. Menyempit (Spesialisasi) yaitu pergeseran makna kata yang dianggap lebih sempit daripada makna kata sebelumnya.
Contoh: Ia sekarang sudah menjadi sarjana. (Istilah sarjana dulu digunakan untuk menyebut orang pandai, sekarang hanya digunakan untuk menyebut gelar lulusan perguruan tinggi).
3. Ameliorasi yaitu pergeseran makna kata yang dianggap lebih halus/ tinggi daripada makna kata sebelumnya.
Contoh: Ia sudah menjadi warakawuri. (Istilah warakawuri digunakan untuk menyebut janda pahlawan).
4. Peyorasi yaitu pergeseran makna kata yang dianggap lebih kasar daripada makna kata sebelumnya.
Contoh: Ia itu bekas tentara. (Istilah bekas digunakan untuk menyebut barang yang sudah tidak dipakai).
5. Sinestesia yaitu pergeseran makna kata yang dibandingkan dengan nilai rasa akibat pertukaran indera.
Contoh: Wajahnya memang manis. (manis = indera rasa).
6. Aosiasi yaitu pergeseran makna kata yang dianggap mempunyai persamaan sifat dengan benda lain.
Contoh: Jangan lupa titipkan amplop untuknya. (amplop = uang).

B. Kata Kajian dan Kata Populer
Kata kajian adalah kata yang digunakan untuk mengkaji suatu ilmu. Kata kajian sering digunakan dalam karya-karya ilmiah, seperti makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan sebagainya. Oleh karena itu, kata kajian sering pula disebut kata ilmiah.
Kata populer adalah kata yang sudah dikenal dan digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari.
Contoh:
Kata Kajian Kata Populer
Rangking Peringkat
Unsur Bagian
Sampel contoh

C. Membaca Memindai
Istilah lain membaca memindai adalah membaca scanning atau membaca cepat. Teknik membaca ini digunakan untuk menemukan informasi secara cepat dan tepat. Salah satu contoh teknik ini tepat digunakan untuk membaca buku telepon. Buku telepon memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya:
1. Pojok kiri atau kanan atas menunjuk abjad nama pelanggan dalam satu halaman buku telepon.
2. Nama pelanggan disusun secara alfabetis(menurut abjad A-Z).
3. Sebelah kanan dari nama pelanggan berisi alamat pelanggan, dan
4. Sebelah kanan pelanggan berisi nomor telepon.

D. Penulisan Nama, Gelar, Singkatan, dan Akronim
1. Penulisan Nama dan Gelar
a. Penulisan nama orang yang disingkat, baik yang disingkat nama di awal maupun nama di akhir, nama yang disingkat tersebut tersebut ditulis dengan huruf kapital. Setiap satu kata nama yang disingkat dengan satu huruf kapital diberi titik.
Contoh: W.S. Rendra
Sunarni P.S.
b. Penulisan gelar seseorang, ada yang setiap satu kata disingkat dengan satu huruf kapital dan diberi titik, ada juga yang setiap satu kata gelar disingkat menjadi satu huruf kecil lalu diberi titik. Hal ini terjadi karena ada gelar yang jika disingkat hampir sama dan supaya tidak menimbulkan salah pengertian.
Contoh: Mulyadi, S.P. (Sarjana Pertanian)
Ali Burhan, S.Pd. (Sarjana Pendidikan)
c. Sejak 1993, sudah banyak digunakan gelar dengan menggunakan bahasa Indonesia. Gelar Doktorandus (Drs.) dan gelar Insinyur (Ir.) sudah tidak digunakan lagi karena bebahasa asing.
d. Gelar jika ditulis di belakang nama seseorang, sebelum menulis gelar harus diberi tanda baca koma (,) terlebih dahulu. Hal ini untuk membedakan penulisan singkatan nama.
Contoh: Rujito, S.H. (Rujito Sarjana Hukum)
Rujito S.H. (Rujito Siswo Husodo)
e. Hal yang sering terjadi salah tulis yaitu menyingkat gelar dokter dan doktor. Gelar dokter berarti lulusan sarjana strata 1 nama gelarnya ditulis dengan huruf “d” kecil, sedangkan doktor berarti lulusan sarjana strata 3 nama gelarnya ditulis dengan hurud “D” kapital. Apabila dengan alasan huruf awal dan dokter ingin ditulis dengan huruf kapital, maka penulisan gelar jangan disingkat supaya tidak menimbulkan salah pengertian.
Contoh: Dokter Santoso = dr. Santoso (dokter Santoso)
Dr. Santoso (doktor Santoso).

2. Penulisan Akronim dan Singkatan
a. Akronim yaitu singkatan yang dapat dibaca atau dilafalkan seperti kata (dapat dibaca seperti membaca suatu kata).
Contoh: ABRI, LAN, pemilu, rudal, puskesmas, sidak, dan sebagainya.
b. Singkatan yaitu bentuk yang dipendekkan yang terjadi atas satu huruf atau lebih. Macam-macam singkatan antara lain:
1) Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, pangkat diikuti dengan tanda titik. Misalnya: Bpk. (bapak); S.E. (sarjana ekonomi).
2) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi serta nama dokumen resmi yang terdiri atas awal kata ditulisdengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik. Misalnya: DPR; KTP.
3) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya: dsb.; Yth.
4) Singkatan dua kata menjadi dua huruf , ditulis huruf kecil dan setiap huruf diberi tanda titik. Misalnya: a.n. (benar); a/n (salah), d.a. (benar); d/a (salah).
5) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya: cm (centimeter); Rp 5.000,00 (lima ribu rupiah).

UNIT 3

A. Menyampaikan Laporan secara Lisan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan laporan secara lisan.
1. Menjaga etika atau kesantunan berbicara di depan umum.
2. Menjaga gerakan tubuh, seperti pandangan mata, bahu, dan tangan.
3. Berbicara secara runtut dan sistematis.
4. Ketepatan penggunaan bahasa.
5. Penguasaan materi laporan.
6. Memerhatikan tanda jeda, intonasi, dan aksentuasi.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menanggapi laporan di antaranya:
1. Gunakan bahasa Indonesia yang santun.
2. Memperhatikan sikap dan etika berbicara.
3. Menghindari penggunaan kata negatif langsung, seperti tidak, jelek, buruk, atau kata lain yang bermakna negatif.
4. memberikan penawaran atau solusi agar lebih baik.
5. Awali dan akhiri pembicaraan dengan salam pembuka dan penutup.

B. Kata Serapan
Kata serapan merupakan kata yang diserap dari bahasa asing maupun bahasa daerah. Hal ini disebabkan karena perkembangan bahasa.

C. Menggunakan Imbuhan per-an, pen-an, dan se-nya
1. Imbuhan per-an berfungsi membentuk kata benda, sedangkan arti yang dihasilkannya bermacam-macam, di antaranya sebagai berikut:
a. Menyatakan hal yang berhubungan dengan bentuk dasar.
Contoh: pertandingan, perburuhan, perhubungan, dll.
b. Menyatakan tempat.
Contoh: permukiman, perbatasan, perempatan, dll.
c. Menyatakan proses
Contoh: pertandingan, perburuan, peradilan, dll.
d. Menyatakan kumpulan
Contoh: perkebunan, perikanan, permukiman, dll.

2. Imbuhan pen-an berfungsi membentuk kata benda sedangkan arti yang dihasilkannya antara lain:
a. Menyatakan alat
Contoh: pendengaran, penciuman, dll.
b. Menyatakan proses
Contoh: penarikan, penimbunan, dll.

3. Imbuhan se-nya berfungsi membentuk kata sifat. Ada dua bentukan kata yang dihasilkan dari imbuhan se-nya, yaitu:
a. Menyatakan superlatif atau paling.
Contoh: setinggi-tingginya, sejauh-jauhnya.
b. Menyatakan intensitas kualitatif atau menyangatkan
Contoh: sebaik-baiknya

D. Sinopsis
Sinopsis adalah ringkasan cerita dengan memperhatikan unsur-unsur intrinsiknya. Dalam memperhatikan ciri-ciri sinopsis. Adapun ciri-ciri sinopsis sebagai berikut.
1. keindahan, gaya bahasa, ilustrasi, dan penjelasan-penjelasan dihilangan, tetapi tetap memperhatikan isi dan gagasan umum pengarangnya.
2. Dibatasai oleh jumlah halaman.

Untuk membuat sinopsis yang baik perlu memperhatikan beberapa langkah. Langkah-langkah membuat sinopsis sebagai berikut.
1. Membaca naskah asli terlebuh dahulu untuk mengetahui kesan umum penulis.
2. Mencatat gagasan utama dengan menggarisbawahi gagasan-gagasan yang penting.
3. Menulis ringkasan berdasarkan gagasan-gagasan utama dengan menggunakan kalimat-kalimat yang padat, efektif, dan menarik untuk merangkai jalan cerita menjadi sebuah karangan singkat yang menggambarkan karangan asli.
4. Dialog dan monolog tokoh cukup ditulis garis besarnya.
5. Sinopsis tidak boleh menyimpang dari jalan cerita dan isi dari keseluruhan novel.

Sistematika penulisan sinopsis
1. Bagian pembuka
Bagian ini berisi cerita-cerita yang mengawali pengembangan cerita. Bagian ini memuat nama-nama latar, nama-nama tokoh, dan diakhiri mulai ada konflik atau pertentangan.
2. Bagian isi atau inti
Bagian ini berisikan puncak konflik/ klimaks cerita, sebab-sebab konflik, pihak atau tokoh yang terlibat, sampai tindakan atau situasi fatal.
3. Bagian penutup
Bagian ini biasanya dimulai munculnya tokoh tritagonis atau pelerai. Kemunculan tokoh ini meredakan ketegangan atau muncul situasi antiklimaks. Pada bagian pungkas diakhiri dengan kesimpulan.

E. Penggunaan Kurung Siku dan Tanda Petik Tunggal
1. Tanda kurung siku ( [ ...] ) digunakan untuk:
a. mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli atau naskah asal.
Contoh: Agus Prakoso men[d]engar bunyi gemerisik.
b. Menerangkan sesuatu di luar jalannya teks atau sisipan keterangan yang tidak ada hubungan dengan teks.
Contoh: Bila kita perhatikan lingkungan pemuda dan desa ini berhubungan, maksudnya: [berhubungan] dengan kenyataan-kenyataan yang ada di luar desa ini.
c. Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan dalam Bab II [lihat halaman 35 – 38]) perlu dibentangkan di sini.

2. Tanda petik tunggal ( ‘...’) digunakan untuk:
a. mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh: Bu Dewi berkata, “Waktu kubuka pintu depan kudengar teriak anakku, ‘Bapak, Ibu pulang’, dan rasa letihku lenyap seketika.”
b. Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh: Tahun ini rate of inflation ‘laju inflasi’ cukup tinggi.

UNIT IV

A. Surat Dinas
Surat dinas adalah surat yang dikirimkan oleh instansi kepada instansi atau pihak lain untuk urusan kedinasan. Oleh karena itu, bentuk, isi, dan bahasa yang digunakan harus baku/ resmi. Adapun ketentuan menulis surat dinas sebagai berikut.
1. Kepala surat, meliputi lembaga/ instansi, alamat (nama jalan dan nomor), telepon (jika ada), nama kota, dan kode pos.
2. Nomor surat, meliputi nomor urutan surat dibuat, kode dan singkatan instansi, angka bulan, dan tahun.
3. Lampiran, ada berapa lembar surat tersebut.
4. Perihal, mengenai apa maksud surat tersebut dibuat, misanya undangan, pemberitahuan, permohonan izin tentang sesuatu, dan sebagainya.
5. Tanggal surat, tidak dituliskan nama kota, tidak memakai tanda hubung, dan bulan tidak boleh ditulis dengan angka.
6. Penulisan alamat surat di sebelah kiri. Hal ini dimaksudkan jika nama orang atau badan yang dikirimi surat itu terlalu panjang, tidak perlu memikirkan di mana nama itu harus dipenggal. Tidak perlu memakai kata “kepada”, dan di akhir nama kota tidak perlu ada tanda titik.
Contoh:
Yth. Kepala MTs PPMI Assalaam
Jalan Rajawali 22 Gonlan Kartasura
7. Perhatikan kata sapaan hormat
Contoh
– Yang terhormat Kepala SMP ....
– Yang terhormat Kapolsek ...
(Kata sapaan ditulis dengan huruf kapital)
8. Membuka atau memulai surat dengan memberikan salam pembuka. Salam pembuka selalu diakhiri dengan tanda baca koma (,).
Contoh:
- Dengan hormat,
- Assalamualaikum wr.wb.,
9. Pendahuluan surat (pembuka surat) mengarah pada pemberitahuan yang ada hubungannya dengan isi surat.
10. Isi surat merupakan bagian terpenting yang ingin disampaikan. Bagian ini biasanya merupakan bagian yang paling banyak dalam surat.
11. Menutup surat dengan kalimat yang menyenangkan hati penerima surat.
Contoh:
- Sekian dan terim kasih.
- Atas perhatian Saudara, saya (kami) ucapkan terima kasih.
- Atas bantuan Bapak, saya )kami) ucapkan terima kasih.
12. Setelah menutup surat, berilah salam penutup yang ditulis sebelum namam pengirim surat. Salam penutup selalu diakhiri dengan tanda baca koma (,).
Contoh:
- Hormat saya,
- Hormat kami,
- Wassalamualaikum ...,
13. Setelah salam penutup, dituliskan nama, jabatan, tanda tangan pengirim surat, dan distempel. Jika perlu dan ada dittuliskan “tembusan”.

Sistematika atau urutan-urutan bagian surat dinas.
1. kepala/ kop surat.
2. nomor surat
3. hal/ perihal
4. lampiran
5. tanggal surat
6. alamat surat
7. salam pembuka
8. isi surat
9. salam penutup
10. pengirim surat.

B. Membaa Denah
Denah adalah gambar untuk menunjukkan tempat atau lokasi tertentu. Denah digunakan untuk berbagai keperluan.

C. Kata Ulang (Reduplikasi)
Kata ulang adalah kata yang mengalami perulangan bentuk dan arti. Kata ulang dibagi dalam beberapa jenis, di antaranya:
1. Jenis Kata Ulang Berdasarkan Janis Katanya
a. Kata ulang benda (nomina)
Contoh: rumah-rumah, mobil-mobilan, kota-kota.
b. Kata ulang kata sifat (adjektiva)
Contoh: besar-besar, baik-baik, kaya-kaya.
c. Kata ulang kata kerja (verba)
Contoh: jalan-jalan, berlari-lari, bersalam-salaman.
d. Kata ulang kata keterangan (adverbia)
Contoh: malam-malam, pagi-pagi.

2. Jenis Kata Ulang Berdasarkan Proses Pembentukannya
a. Kata ulang seluruh/ murni
Contoh: rumah-rumah, perumahan-perumahan
b. Kata ulang sebagian
Contoh: tetamu, menari-nari, berlari-lari
c. Kata ulang berimbuhan
Contoh: mobil-mobilan, berpandang-pandangan, setinggi-tingginya
d. Kata ulang berubah bunyi
Contoh: sayur-mayur, hiruk-pikuk

3. Makna Kata Ulang
a. Menyatakan banyak
Contoh: Anak-anak bermain di halaman rumah. (banyak anak)
b. Menyatakan banyak bermacam-macam
Contoh: Lauk-pauk tersedia di meja makan. (bermacam-macam)
c. Menyatakan menyerupai atau tiruan.
Contoh: Adik dibelikan mobil-mobilan. (menyerupai mobil)
d. Menyatakan saling
Contoh: Kedua orang itu bersalam-salaman. (saling bersalaman)
e. Menyatakan sering/ berkali-kali.
Contoh: Larilah sekencang-kencangnya. (paling kencang).

D. Berimprovisasi
Berimprovisasi adalah melakukan sesuatu tanpa persiapan sebelumnya. Improvisasi diperlukan jika terjadi beberapa peristiwa yang tidak diinginkan, misalnya:
1. Pemeran lupa dengan isi naskah sehingga mengganggu alur cerita.
2. Lawan main atau pasangan tidak mengetahui tindakan yang harus dilakukan.
3. Suasana kurang hidup atau monoton.
Berimprovisasi perlu latihan secara intensif. Untuk berimprovisasi dengan baik perlu memerhatikan beberapa hal sebagai berikut.
1. Perwatakan yang ditampilkan. Penjiwaan diperlukan agar improvisasi sesuai dengan isi naskah.
2. Karena improvisasi adalah kegiatan spontan, kecepatan dalam menanggapi situasi latar sangat diperlukan.
3. Perlu memiliki kemampuan bahasa yang baik. Oleh karena itu, berlatih memerankan sesuai isi naskah adalah kegiatan yang seharusnya dilakukan.

E. Evaluasi Pemeranan Tokoh dalam Pementasan Drama
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi pemeranan drama adalah sebagai berikut.
1. Kesesuaian karakter atau perwatakan tokoh dengan pemeran.
2. Kesesuaian latar dengan isi cerita.
3. Penghayatan atau penjiwaan pemeran dengan tokoh yang dibawakannya.
4. Kesesuaian improvisasi dengan isi cerita.
5. Kesesuaian kostum atau busana yang dikenakan tokoh.


UNIT V

A. Menyimpulkan Isi Teks
Menyimpulkan isi teks dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu deduktif dan induktif. Teknik deduktif yaitu cara menyimpulkan yang menggunakan penalaran umum ke khusus. Sebaliknya, teknik induktif digunakan penalaran khusus ke umum.
Cara menyimpulkan isi teks dengan baik sebagai berikut.
1. Bacalah teks dengan hati-hati.
2. Tandai setiap kata, istilah, atau ungkapan khusus yang digunakan dalam teks.
3. Rangkaikanlah kata, istilah atau ungkapan khusus itu menjadi sebuah pernyataan atau kalimat.

Ketepatan menyimpulkan suatu teks merupakan bagian dari peningkatan kemampuan kecepatan membaca. Peningkatan kemampuan membaca dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Metode gerak mata. Arah jangkauan pandangan mata ke semua teks. Kurangi kegiatan regresi (mengulang).
2. Hilangkanlah kebiasaan membaca dengan suara.
3. Tingkatkanlah konsentrasi.

B. Kalimat Aktif Transitif (S-P-O) dan Kalimat Aktif Taktransitif (S-P-Pel)
Kalimat aktif transitif yaitu kalimat aktif yang menghadirkan objek.
Contoh:
(1) Mereka memiliki karakteristik yang serba ingin tahu.
S P O
(2) Data pertumbuhan perokok membuktikan bahwa perokok remaja terus meningkat.
S P O

Kalimat aktif taktransitif yaitu kalimat aktif yang tidak menghadirkan objek.
Contoh:
(3) Kelompok umur di bawah 18 tahun menjadi sasaran utama kampanye
S P Pel
industri rokok.

(4) Perokok anak berbanding lurus dengan perkembangan perokok di Indonesia.
S P Pel K


C. Bahasa Petunjuk
Bahasa petunjuk merupakan bahasa yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Bahasa petunjuk haruslah bahasa yang efektif dan komunikatif. Jika akan menulis petunjuk melakukan sesuatu perlu memerhatikan beberapa hal berikut.
1. Tanda baca, seperti tanda koma, tanda tanya, tanda seru, dan tanda titik.
2. Pilihan kata dan istilah yang tepat.
3. Susunan kata dan istilah membentuk sebuah kalimat yang mudah dipahami tujuannya.

D. Klausa Relatif yang Dengan dan Tanpa Tanda Koma (,)
Kata penghubung yang digunakan untuk menandai kalimat majemuk bertingkat atributif pada klausa utama. Maksudnya, kata penghubung yang digunakan untuk memperluas salah satu fungtor kalimat dan berfungsi sebagai keterangan bagi fungsi sintaksis tertentu. Klausa relatif yang dapat menggunakan tanda koma ataupun tidak.
Contoh:
Obat itu mahal  Obat yang dibeli ayah kemarin itu mahal.
Paman saya itu dokter  Paman saya yang berambut lurus itu dokter.

E. Pemakaian Kata Seru
Kata seru digunakan untuk memperkuat rasa kagum, senang, sedih, heran, jengkel, dan sebagainya. Kata seru biasanya dipakai di permulaan kalimat dan diikuti oleh tanda koma atau tanda seru.
Kata seru dapat dibagi berdasarkan isi dan tujuannya.
1. Bernada keheranan: wah, astaga, aduh, wahai, dsb.
Contoh: Aduh, indah sekali pemandangan alam di sini!
2. Bernada kepuasan: nah, syukur, alhamdulillah, dsb.
Contoh: Syukur, kamu dapat diterima di kelas Akselerasi!
3. Bernada kesal: tobat, brengsek, bah, cih, dsb.
Contoh: Brengsek, sudah malas masih menuntut kenaikan upah!
4. Bernada tidak percaya: masa, mustahil, mana mungkin, dll.
Contoh: Mustahil, jika ia yang melakukan semua itu!
5. Bernada kecewa: ah, celaka, sialan
Contoh: Sialan! Baru saja datang sudah dituduh yang bukan-bukan.
6. Bernada terkejut bercampur sedih: kasihan, oh
Contoh: Kasihan, sudah jatuh tertimpa tangga!
7. Bernada minta perhatian: hai, halo, hei
Contoh: Halo! Apa kabar?

F. Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat susun balik, artinya kalimat yang meletakkan fungsi predikat (P) mendahului subjek (S).
Contoh: Diambilnya dompet yang terjatuh di tanah itu.
P S

Karya Tulis Sederhana

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS MANGGA ARUM MANIS
DENGAN SISTEM CANGKOK







Karya Tulis ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mengikuti Ujian Nasional Tahun 2008/2009


















Oleh:

Rahmat Ranggonang
200670085








Madrasah Tsanawiyah
Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam
2009

HALAMAN PENGESAHAN

KARYA TULIS
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS MANGGA ARUM MANIS
DENGAN SISTEM CANGKOK



Disusun oleh:
Nama ...............
NIS
Telah dinyatakan memenuhi syarat
dan disahkan oleh pembimbing
pada tanggal .....................





Mengetahui Pembimbing,
Kepala Madrasah,


Sigit Rahardja, S.Si. Triyatno, S.Pd.

KETENTUAN KARYA TULIS

1. Ditulis tangan dengan tinta hitam
2. Ukuran kertas A4/ A4s (21cm x 28cm)
3. Margin (batas tepi kertas dengan naskah)
Atas : 4 cm
Bawah : 3 cm
Kiri : 4 cm
Kanan : 3 cm
4. Jarak antar baris : 1,5 cm
5. Jumlah halaman minimal 20 halaman (khusus isi: pendahuluan, pembahasan, penutup).
6. Tulisan wajib rapi.

Sistematika Karya Tulis (urut-urutan)
Muka/ cover/ sampul
Halaman Judul (-)
Halaman Pengesahan (ii)
Halaman Motto (iii)
Halaman persembahan (iv)
Kata Pengantar (v)
Daftar Isi (vi)

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat
1.5 Metode
1.6 Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Uraian pertama berdasarkan tujuan penulisan
2.2 Uraian kedua berdasarkan tujuan penulisan
Dst

BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA (: sumber bacaan yang memuat nama penulis, tahun terbit, judul buku, kota terbit, penerbit).