Jumat, 25 September 2009

Materi Ajar Kelas 8 MTs

UNIT 1

A. Laporan
Laporan adalah sesuatu yang dilaporkan/ diberitakan. Laporan dapat berbentuk lisan maupun tulisan. Laporan yang berbentuk tulisan mempunyai beberapa bagian: (1) pembuka, (2) pengembangan, dan (3) penutup.

B. Kalimat Aktif dan Pasif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya sebagai pelaku. Cirinya ditandai pemakaian imbuhan meN- / ber- pada unsur predikatnya.
Contoh:
- Kami memulai pekerjaan dengan berdoa.
- Kami berjualan koran sebelum berangkat sekolah.

Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/ tindakan/ sebagai penderita. Ciri kalimat pasif ditandai pemakaian imbuhan di- / ter- pada unsur predikatnya.
Contoh:
- Kami diajak berdoa bersama.
- Buku Ppku tertinggal di kamar.

C. Wawancara
Wawancara adalah kegiatan tanya jawab yang digunakan untuk mendapatkan informasi.
Etika berwawancara antara lain: (1) memerhatikan usia nara sumber, (2) menyusun daftar pertanyaan, (3) memperhatikan tempat berwawancara.

D. Kata Baku
Kata baku adalah kata yang cara pengucapan dan penulisannya sesuai kaidah/ ragam bahasa yang telah ditentukan.
Kaidah yang digunakan untuk penulisan kata baku yaitu: (1) berpedoman pada buku Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUYED), (2) tata bahasa baku bahasa Indonesia, dan (3) Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Kata tidak baku adalah kata yang tidak memenuhi kaidah umum tersebut.
Ciri-ciri bahasa baku:
1. Tidak dipengaruhi bahasa daerah
Contoh: gimana
2. tidak dipengaruhi bahasa asing.
Contoh: lain kesempatan
3. Bukan bahasa percakapan.
Contoh: ngeliat
4. Pemakaian imbuhan secara eksplisit (nyata/ kelihatan).
Contoh: Ia bekerja keras.
5. Pemakaiannya sesuai dengan konteks.
Contoh: lebih besar daripada
6. Tidak rancu (terkintaminasi).
Contoh: mengesampingkan
7. Tidak mengandung arti pleonasme (berlebih-lebihan)
Contoh: para tamu-tamu
8. Tidak mengandung hiperkorek
Contoh: anggauta (salah), anggota (benar)

E. Naskah Drama
Naskah drama adalah teks drama yang dijadikan pedoman oleh setiap pekaku dalam permainan drama. Naskah drama juga sering disebut skenario/ manuskrip.
Teks drama memiliki beberapa ciri.
1. seluruh cerita berbentuk dialog.
2. Monolog maupun dialog semua ditulis dalam bentuk teks.
3. Semua dialog tidak menggunakan tanda petik (“...”).
4. Naskah drama dilengkapi petunjuk tertentu yang harus dilakukan oleh para pemeran.
5. Petunjuk teknis ditulis dalam di dalam tanda kurung (...) atau dengan huruf yang berbeda dengan huruf pada dialog.
6. Nama tokoh terletak di atas dialog atau di samping kiri dialog.

Langkah-langkah penulisan naskah drama.
1. Menentukan ide/ tema.
2. Menentukan setting kejadian peristiwanya.
3. Untuk menghindari perulangan alur cerita, perlu mengubah ide cerita dalam bentuk prosa.
4. Menentukan tokoh beserta perwatakannya.
5. Tulis naskah drama sesuai ciri-ciri naskah drama. Lengkapi naskah drama dengan petunjuk-petunjuk khusus sesuai dengan kebutuhan.
6. Naskah drama siap dipentaskan.

Unsur intrinsik naskah drama ada 6.
1. tema/ pokok cerita.
2. alur/ jalan cerita.
3. penokohan/ perwatakan/ karakter.
4. latar/ setting.
5. dialog/ percakapan
6. amanat

F. Kata Ganti Orang (Persona)
Kata ganti orang adalah kata ganti yang digunakan untuk mengacu pada orang. Kata ganti orang dapat dibagi menjadi 3.
Persona Tunggal Jamak
Pertama Aku, saya, ku-, -ku Kami, kita
Kedua Kamu, engkau, Anda, dikau, -mu, kau- Kamu, engkau, Anda sekalian, kalian
Ketiga Ia, dia, beliau, -nya Mereka

UNIT 2

A. Pergeseran Makna
Pergeseran makna disebabkan oleh perkembangan bahasa Indonesia.
Ada enam pergeseran makna yang ada di bahasa Indonesia, yaitu meluas, menyempit, ameliorasi, peyorasi, sinestesia, dan asosiasi.
1. Meluas (Generalisasi) yaitu pergeseran makna yang dianggap lebih luas daripada makna kata sebelumnya.
Contoh: Selamat pagi Bu. (Istilah Ibu dulu hanya digunakan untuk wanita yang melahirkan kita, sekarang semua wanita paruh baya dipanggil ibu).
2. Menyempit (Spesialisasi) yaitu pergeseran makna kata yang dianggap lebih sempit daripada makna kata sebelumnya.
Contoh: Ia sekarang sudah menjadi sarjana. (Istilah sarjana dulu digunakan untuk menyebut orang pandai, sekarang hanya digunakan untuk menyebut gelar lulusan perguruan tinggi).
3. Ameliorasi yaitu pergeseran makna kata yang dianggap lebih halus/ tinggi daripada makna kata sebelumnya.
Contoh: Ia sudah menjadi warakawuri. (Istilah warakawuri digunakan untuk menyebut janda pahlawan).
4. Peyorasi yaitu pergeseran makna kata yang dianggap lebih kasar daripada makna kata sebelumnya.
Contoh: Ia itu bekas tentara. (Istilah bekas digunakan untuk menyebut barang yang sudah tidak dipakai).
5. Sinestesia yaitu pergeseran makna kata yang dibandingkan dengan nilai rasa akibat pertukaran indera.
Contoh: Wajahnya memang manis. (manis = indera rasa).
6. Aosiasi yaitu pergeseran makna kata yang dianggap mempunyai persamaan sifat dengan benda lain.
Contoh: Jangan lupa titipkan amplop untuknya. (amplop = uang).

B. Kata Kajian dan Kata Populer
Kata kajian adalah kata yang digunakan untuk mengkaji suatu ilmu. Kata kajian sering digunakan dalam karya-karya ilmiah, seperti makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan sebagainya. Oleh karena itu, kata kajian sering pula disebut kata ilmiah.
Kata populer adalah kata yang sudah dikenal dan digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari.
Contoh:
Kata Kajian Kata Populer
Rangking Peringkat
Unsur Bagian
Sampel contoh

C. Membaca Memindai
Istilah lain membaca memindai adalah membaca scanning atau membaca cepat. Teknik membaca ini digunakan untuk menemukan informasi secara cepat dan tepat. Salah satu contoh teknik ini tepat digunakan untuk membaca buku telepon. Buku telepon memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya:
1. Pojok kiri atau kanan atas menunjuk abjad nama pelanggan dalam satu halaman buku telepon.
2. Nama pelanggan disusun secara alfabetis(menurut abjad A-Z).
3. Sebelah kanan dari nama pelanggan berisi alamat pelanggan, dan
4. Sebelah kanan pelanggan berisi nomor telepon.

D. Penulisan Nama, Gelar, Singkatan, dan Akronim
1. Penulisan Nama dan Gelar
a. Penulisan nama orang yang disingkat, baik yang disingkat nama di awal maupun nama di akhir, nama yang disingkat tersebut tersebut ditulis dengan huruf kapital. Setiap satu kata nama yang disingkat dengan satu huruf kapital diberi titik.
Contoh: W.S. Rendra
Sunarni P.S.
b. Penulisan gelar seseorang, ada yang setiap satu kata disingkat dengan satu huruf kapital dan diberi titik, ada juga yang setiap satu kata gelar disingkat menjadi satu huruf kecil lalu diberi titik. Hal ini terjadi karena ada gelar yang jika disingkat hampir sama dan supaya tidak menimbulkan salah pengertian.
Contoh: Mulyadi, S.P. (Sarjana Pertanian)
Ali Burhan, S.Pd. (Sarjana Pendidikan)
c. Sejak 1993, sudah banyak digunakan gelar dengan menggunakan bahasa Indonesia. Gelar Doktorandus (Drs.) dan gelar Insinyur (Ir.) sudah tidak digunakan lagi karena bebahasa asing.
d. Gelar jika ditulis di belakang nama seseorang, sebelum menulis gelar harus diberi tanda baca koma (,) terlebih dahulu. Hal ini untuk membedakan penulisan singkatan nama.
Contoh: Rujito, S.H. (Rujito Sarjana Hukum)
Rujito S.H. (Rujito Siswo Husodo)
e. Hal yang sering terjadi salah tulis yaitu menyingkat gelar dokter dan doktor. Gelar dokter berarti lulusan sarjana strata 1 nama gelarnya ditulis dengan huruf “d” kecil, sedangkan doktor berarti lulusan sarjana strata 3 nama gelarnya ditulis dengan hurud “D” kapital. Apabila dengan alasan huruf awal dan dokter ingin ditulis dengan huruf kapital, maka penulisan gelar jangan disingkat supaya tidak menimbulkan salah pengertian.
Contoh: Dokter Santoso = dr. Santoso (dokter Santoso)
Dr. Santoso (doktor Santoso).

2. Penulisan Akronim dan Singkatan
a. Akronim yaitu singkatan yang dapat dibaca atau dilafalkan seperti kata (dapat dibaca seperti membaca suatu kata).
Contoh: ABRI, LAN, pemilu, rudal, puskesmas, sidak, dan sebagainya.
b. Singkatan yaitu bentuk yang dipendekkan yang terjadi atas satu huruf atau lebih. Macam-macam singkatan antara lain:
1) Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, pangkat diikuti dengan tanda titik. Misalnya: Bpk. (bapak); S.E. (sarjana ekonomi).
2) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi serta nama dokumen resmi yang terdiri atas awal kata ditulisdengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik. Misalnya: DPR; KTP.
3) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya: dsb.; Yth.
4) Singkatan dua kata menjadi dua huruf , ditulis huruf kecil dan setiap huruf diberi tanda titik. Misalnya: a.n. (benar); a/n (salah), d.a. (benar); d/a (salah).
5) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya: cm (centimeter); Rp 5.000,00 (lima ribu rupiah).

UNIT 3

A. Menyampaikan Laporan secara Lisan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan laporan secara lisan.
1. Menjaga etika atau kesantunan berbicara di depan umum.
2. Menjaga gerakan tubuh, seperti pandangan mata, bahu, dan tangan.
3. Berbicara secara runtut dan sistematis.
4. Ketepatan penggunaan bahasa.
5. Penguasaan materi laporan.
6. Memerhatikan tanda jeda, intonasi, dan aksentuasi.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menanggapi laporan di antaranya:
1. Gunakan bahasa Indonesia yang santun.
2. Memperhatikan sikap dan etika berbicara.
3. Menghindari penggunaan kata negatif langsung, seperti tidak, jelek, buruk, atau kata lain yang bermakna negatif.
4. memberikan penawaran atau solusi agar lebih baik.
5. Awali dan akhiri pembicaraan dengan salam pembuka dan penutup.

B. Kata Serapan
Kata serapan merupakan kata yang diserap dari bahasa asing maupun bahasa daerah. Hal ini disebabkan karena perkembangan bahasa.

C. Menggunakan Imbuhan per-an, pen-an, dan se-nya
1. Imbuhan per-an berfungsi membentuk kata benda, sedangkan arti yang dihasilkannya bermacam-macam, di antaranya sebagai berikut:
a. Menyatakan hal yang berhubungan dengan bentuk dasar.
Contoh: pertandingan, perburuhan, perhubungan, dll.
b. Menyatakan tempat.
Contoh: permukiman, perbatasan, perempatan, dll.
c. Menyatakan proses
Contoh: pertandingan, perburuan, peradilan, dll.
d. Menyatakan kumpulan
Contoh: perkebunan, perikanan, permukiman, dll.

2. Imbuhan pen-an berfungsi membentuk kata benda sedangkan arti yang dihasilkannya antara lain:
a. Menyatakan alat
Contoh: pendengaran, penciuman, dll.
b. Menyatakan proses
Contoh: penarikan, penimbunan, dll.

3. Imbuhan se-nya berfungsi membentuk kata sifat. Ada dua bentukan kata yang dihasilkan dari imbuhan se-nya, yaitu:
a. Menyatakan superlatif atau paling.
Contoh: setinggi-tingginya, sejauh-jauhnya.
b. Menyatakan intensitas kualitatif atau menyangatkan
Contoh: sebaik-baiknya

D. Sinopsis
Sinopsis adalah ringkasan cerita dengan memperhatikan unsur-unsur intrinsiknya. Dalam memperhatikan ciri-ciri sinopsis. Adapun ciri-ciri sinopsis sebagai berikut.
1. keindahan, gaya bahasa, ilustrasi, dan penjelasan-penjelasan dihilangan, tetapi tetap memperhatikan isi dan gagasan umum pengarangnya.
2. Dibatasai oleh jumlah halaman.

Untuk membuat sinopsis yang baik perlu memperhatikan beberapa langkah. Langkah-langkah membuat sinopsis sebagai berikut.
1. Membaca naskah asli terlebuh dahulu untuk mengetahui kesan umum penulis.
2. Mencatat gagasan utama dengan menggarisbawahi gagasan-gagasan yang penting.
3. Menulis ringkasan berdasarkan gagasan-gagasan utama dengan menggunakan kalimat-kalimat yang padat, efektif, dan menarik untuk merangkai jalan cerita menjadi sebuah karangan singkat yang menggambarkan karangan asli.
4. Dialog dan monolog tokoh cukup ditulis garis besarnya.
5. Sinopsis tidak boleh menyimpang dari jalan cerita dan isi dari keseluruhan novel.

Sistematika penulisan sinopsis
1. Bagian pembuka
Bagian ini berisi cerita-cerita yang mengawali pengembangan cerita. Bagian ini memuat nama-nama latar, nama-nama tokoh, dan diakhiri mulai ada konflik atau pertentangan.
2. Bagian isi atau inti
Bagian ini berisikan puncak konflik/ klimaks cerita, sebab-sebab konflik, pihak atau tokoh yang terlibat, sampai tindakan atau situasi fatal.
3. Bagian penutup
Bagian ini biasanya dimulai munculnya tokoh tritagonis atau pelerai. Kemunculan tokoh ini meredakan ketegangan atau muncul situasi antiklimaks. Pada bagian pungkas diakhiri dengan kesimpulan.

E. Penggunaan Kurung Siku dan Tanda Petik Tunggal
1. Tanda kurung siku ( [ ...] ) digunakan untuk:
a. mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli atau naskah asal.
Contoh: Agus Prakoso men[d]engar bunyi gemerisik.
b. Menerangkan sesuatu di luar jalannya teks atau sisipan keterangan yang tidak ada hubungan dengan teks.
Contoh: Bila kita perhatikan lingkungan pemuda dan desa ini berhubungan, maksudnya: [berhubungan] dengan kenyataan-kenyataan yang ada di luar desa ini.
c. Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan dalam Bab II [lihat halaman 35 – 38]) perlu dibentangkan di sini.

2. Tanda petik tunggal ( ‘...’) digunakan untuk:
a. mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh: Bu Dewi berkata, “Waktu kubuka pintu depan kudengar teriak anakku, ‘Bapak, Ibu pulang’, dan rasa letihku lenyap seketika.”
b. Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh: Tahun ini rate of inflation ‘laju inflasi’ cukup tinggi.

UNIT IV

A. Surat Dinas
Surat dinas adalah surat yang dikirimkan oleh instansi kepada instansi atau pihak lain untuk urusan kedinasan. Oleh karena itu, bentuk, isi, dan bahasa yang digunakan harus baku/ resmi. Adapun ketentuan menulis surat dinas sebagai berikut.
1. Kepala surat, meliputi lembaga/ instansi, alamat (nama jalan dan nomor), telepon (jika ada), nama kota, dan kode pos.
2. Nomor surat, meliputi nomor urutan surat dibuat, kode dan singkatan instansi, angka bulan, dan tahun.
3. Lampiran, ada berapa lembar surat tersebut.
4. Perihal, mengenai apa maksud surat tersebut dibuat, misanya undangan, pemberitahuan, permohonan izin tentang sesuatu, dan sebagainya.
5. Tanggal surat, tidak dituliskan nama kota, tidak memakai tanda hubung, dan bulan tidak boleh ditulis dengan angka.
6. Penulisan alamat surat di sebelah kiri. Hal ini dimaksudkan jika nama orang atau badan yang dikirimi surat itu terlalu panjang, tidak perlu memikirkan di mana nama itu harus dipenggal. Tidak perlu memakai kata “kepada”, dan di akhir nama kota tidak perlu ada tanda titik.
Contoh:
Yth. Kepala MTs PPMI Assalaam
Jalan Rajawali 22 Gonlan Kartasura
7. Perhatikan kata sapaan hormat
Contoh
– Yang terhormat Kepala SMP ....
– Yang terhormat Kapolsek ...
(Kata sapaan ditulis dengan huruf kapital)
8. Membuka atau memulai surat dengan memberikan salam pembuka. Salam pembuka selalu diakhiri dengan tanda baca koma (,).
Contoh:
- Dengan hormat,
- Assalamualaikum wr.wb.,
9. Pendahuluan surat (pembuka surat) mengarah pada pemberitahuan yang ada hubungannya dengan isi surat.
10. Isi surat merupakan bagian terpenting yang ingin disampaikan. Bagian ini biasanya merupakan bagian yang paling banyak dalam surat.
11. Menutup surat dengan kalimat yang menyenangkan hati penerima surat.
Contoh:
- Sekian dan terim kasih.
- Atas perhatian Saudara, saya (kami) ucapkan terima kasih.
- Atas bantuan Bapak, saya )kami) ucapkan terima kasih.
12. Setelah menutup surat, berilah salam penutup yang ditulis sebelum namam pengirim surat. Salam penutup selalu diakhiri dengan tanda baca koma (,).
Contoh:
- Hormat saya,
- Hormat kami,
- Wassalamualaikum ...,
13. Setelah salam penutup, dituliskan nama, jabatan, tanda tangan pengirim surat, dan distempel. Jika perlu dan ada dittuliskan “tembusan”.

Sistematika atau urutan-urutan bagian surat dinas.
1. kepala/ kop surat.
2. nomor surat
3. hal/ perihal
4. lampiran
5. tanggal surat
6. alamat surat
7. salam pembuka
8. isi surat
9. salam penutup
10. pengirim surat.

B. Membaa Denah
Denah adalah gambar untuk menunjukkan tempat atau lokasi tertentu. Denah digunakan untuk berbagai keperluan.

C. Kata Ulang (Reduplikasi)
Kata ulang adalah kata yang mengalami perulangan bentuk dan arti. Kata ulang dibagi dalam beberapa jenis, di antaranya:
1. Jenis Kata Ulang Berdasarkan Janis Katanya
a. Kata ulang benda (nomina)
Contoh: rumah-rumah, mobil-mobilan, kota-kota.
b. Kata ulang kata sifat (adjektiva)
Contoh: besar-besar, baik-baik, kaya-kaya.
c. Kata ulang kata kerja (verba)
Contoh: jalan-jalan, berlari-lari, bersalam-salaman.
d. Kata ulang kata keterangan (adverbia)
Contoh: malam-malam, pagi-pagi.

2. Jenis Kata Ulang Berdasarkan Proses Pembentukannya
a. Kata ulang seluruh/ murni
Contoh: rumah-rumah, perumahan-perumahan
b. Kata ulang sebagian
Contoh: tetamu, menari-nari, berlari-lari
c. Kata ulang berimbuhan
Contoh: mobil-mobilan, berpandang-pandangan, setinggi-tingginya
d. Kata ulang berubah bunyi
Contoh: sayur-mayur, hiruk-pikuk

3. Makna Kata Ulang
a. Menyatakan banyak
Contoh: Anak-anak bermain di halaman rumah. (banyak anak)
b. Menyatakan banyak bermacam-macam
Contoh: Lauk-pauk tersedia di meja makan. (bermacam-macam)
c. Menyatakan menyerupai atau tiruan.
Contoh: Adik dibelikan mobil-mobilan. (menyerupai mobil)
d. Menyatakan saling
Contoh: Kedua orang itu bersalam-salaman. (saling bersalaman)
e. Menyatakan sering/ berkali-kali.
Contoh: Larilah sekencang-kencangnya. (paling kencang).

D. Berimprovisasi
Berimprovisasi adalah melakukan sesuatu tanpa persiapan sebelumnya. Improvisasi diperlukan jika terjadi beberapa peristiwa yang tidak diinginkan, misalnya:
1. Pemeran lupa dengan isi naskah sehingga mengganggu alur cerita.
2. Lawan main atau pasangan tidak mengetahui tindakan yang harus dilakukan.
3. Suasana kurang hidup atau monoton.
Berimprovisasi perlu latihan secara intensif. Untuk berimprovisasi dengan baik perlu memerhatikan beberapa hal sebagai berikut.
1. Perwatakan yang ditampilkan. Penjiwaan diperlukan agar improvisasi sesuai dengan isi naskah.
2. Karena improvisasi adalah kegiatan spontan, kecepatan dalam menanggapi situasi latar sangat diperlukan.
3. Perlu memiliki kemampuan bahasa yang baik. Oleh karena itu, berlatih memerankan sesuai isi naskah adalah kegiatan yang seharusnya dilakukan.

E. Evaluasi Pemeranan Tokoh dalam Pementasan Drama
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi pemeranan drama adalah sebagai berikut.
1. Kesesuaian karakter atau perwatakan tokoh dengan pemeran.
2. Kesesuaian latar dengan isi cerita.
3. Penghayatan atau penjiwaan pemeran dengan tokoh yang dibawakannya.
4. Kesesuaian improvisasi dengan isi cerita.
5. Kesesuaian kostum atau busana yang dikenakan tokoh.


UNIT V

A. Menyimpulkan Isi Teks
Menyimpulkan isi teks dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu deduktif dan induktif. Teknik deduktif yaitu cara menyimpulkan yang menggunakan penalaran umum ke khusus. Sebaliknya, teknik induktif digunakan penalaran khusus ke umum.
Cara menyimpulkan isi teks dengan baik sebagai berikut.
1. Bacalah teks dengan hati-hati.
2. Tandai setiap kata, istilah, atau ungkapan khusus yang digunakan dalam teks.
3. Rangkaikanlah kata, istilah atau ungkapan khusus itu menjadi sebuah pernyataan atau kalimat.

Ketepatan menyimpulkan suatu teks merupakan bagian dari peningkatan kemampuan kecepatan membaca. Peningkatan kemampuan membaca dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Metode gerak mata. Arah jangkauan pandangan mata ke semua teks. Kurangi kegiatan regresi (mengulang).
2. Hilangkanlah kebiasaan membaca dengan suara.
3. Tingkatkanlah konsentrasi.

B. Kalimat Aktif Transitif (S-P-O) dan Kalimat Aktif Taktransitif (S-P-Pel)
Kalimat aktif transitif yaitu kalimat aktif yang menghadirkan objek.
Contoh:
(1) Mereka memiliki karakteristik yang serba ingin tahu.
S P O
(2) Data pertumbuhan perokok membuktikan bahwa perokok remaja terus meningkat.
S P O

Kalimat aktif taktransitif yaitu kalimat aktif yang tidak menghadirkan objek.
Contoh:
(3) Kelompok umur di bawah 18 tahun menjadi sasaran utama kampanye
S P Pel
industri rokok.

(4) Perokok anak berbanding lurus dengan perkembangan perokok di Indonesia.
S P Pel K


C. Bahasa Petunjuk
Bahasa petunjuk merupakan bahasa yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Bahasa petunjuk haruslah bahasa yang efektif dan komunikatif. Jika akan menulis petunjuk melakukan sesuatu perlu memerhatikan beberapa hal berikut.
1. Tanda baca, seperti tanda koma, tanda tanya, tanda seru, dan tanda titik.
2. Pilihan kata dan istilah yang tepat.
3. Susunan kata dan istilah membentuk sebuah kalimat yang mudah dipahami tujuannya.

D. Klausa Relatif yang Dengan dan Tanpa Tanda Koma (,)
Kata penghubung yang digunakan untuk menandai kalimat majemuk bertingkat atributif pada klausa utama. Maksudnya, kata penghubung yang digunakan untuk memperluas salah satu fungtor kalimat dan berfungsi sebagai keterangan bagi fungsi sintaksis tertentu. Klausa relatif yang dapat menggunakan tanda koma ataupun tidak.
Contoh:
Obat itu mahal  Obat yang dibeli ayah kemarin itu mahal.
Paman saya itu dokter  Paman saya yang berambut lurus itu dokter.

E. Pemakaian Kata Seru
Kata seru digunakan untuk memperkuat rasa kagum, senang, sedih, heran, jengkel, dan sebagainya. Kata seru biasanya dipakai di permulaan kalimat dan diikuti oleh tanda koma atau tanda seru.
Kata seru dapat dibagi berdasarkan isi dan tujuannya.
1. Bernada keheranan: wah, astaga, aduh, wahai, dsb.
Contoh: Aduh, indah sekali pemandangan alam di sini!
2. Bernada kepuasan: nah, syukur, alhamdulillah, dsb.
Contoh: Syukur, kamu dapat diterima di kelas Akselerasi!
3. Bernada kesal: tobat, brengsek, bah, cih, dsb.
Contoh: Brengsek, sudah malas masih menuntut kenaikan upah!
4. Bernada tidak percaya: masa, mustahil, mana mungkin, dll.
Contoh: Mustahil, jika ia yang melakukan semua itu!
5. Bernada kecewa: ah, celaka, sialan
Contoh: Sialan! Baru saja datang sudah dituduh yang bukan-bukan.
6. Bernada terkejut bercampur sedih: kasihan, oh
Contoh: Kasihan, sudah jatuh tertimpa tangga!
7. Bernada minta perhatian: hai, halo, hei
Contoh: Halo! Apa kabar?

F. Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat susun balik, artinya kalimat yang meletakkan fungsi predikat (P) mendahului subjek (S).
Contoh: Diambilnya dompet yang terjatuh di tanah itu.
P S

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Nama : Anggraini Intan Sari
NIM : A 310 060 052

berarti tugasnya membuat makalah dari salah satu UNIT yang tertera diatas ya Pak?

Terimakasih.

iu mengatakan...

wow its very great i like it